JAKARTA - Bagi banyak orang, bertambah tua adalah proses alami yang terjadi seiring berjalannya waktu. Namun, bagi Tiffany Wedekind, penuaan datang jauh lebih cepat dari seharusnya. Wanita asal Ohio, AS, ini mengidap Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome, sebuah penyakit langka yang membuat tubuhnya menua 10 kali lebih cepat dibandingkan orang lain pada umumnya.
Wanita berusia 47 tahun ini didiagnosis penyakit Hutchinson-Gilford progeria syndrome pada umur 31 tahun. Dia sudah melawan kemungkinan yang ada, karena sindrom ini biasanya menyebabkan penderitanya meninggal di usia remaja.
Seiring berjalannya waktu, Tiffany kehilangan seluruh rambut dan giginya secara alami. Dia juga menderita aortic stenosis dan akhirnya harus menjalani operasi penggantian katup aorta. Namun, hal itu tidak menghentikannya untuk menjalani hidup dengan maksimal setelah bercerai, memulai bisnis sendiri, dan rutin berlatih yoga setiap hari demi menjaga kesehatannya.
"Kematian selalu ada di depan mata saya setiap hari. Tapi setengah dari waktu, saya lupa tentang itu. Saya menjalani banyak kehidupan dalam satu kehidupan yang awalnya tidak diharapkan," kata Tiffany, dilansir dari laman New York Post.
Tiffany dan adiknya, Chad (39), sama-sama lahir dengan kondisi ini, tetapi baru menyadari ada yang tidak beres saat mereka memasuki masa pubertas.
Saat kecil, Tiffany adalah anak yang sangat aktif dan mencoba berbagai olahraga serta aktivitas. Namun, ketika beranjak dewasa, dia mulai melihat perubahan fisiknya. Mulai dari giginya mulai rusak, rambutnya rontok, dan tubuhnya tetap kecil. Tiffany hanya memiliki tinggi 132 cm.
Pada tahun 2008, Chad menjalani operasi jantung terbuka. Dari situ, mereka baru mengetahui bahwa mereka memiliki mutasi gen penyebab progeria. Sayangnya, Chad meninggal pada tahun 2011 akibat sepsis dan serangan jantung. Ibunya bernama Linda, juga meninggal pada September 2024 di usia 75 tahun.
"Saat pertama kali tahu tentang penyakit ini, saya berpikir, ‘Ini gila.’ Dokter mengatakan bahwa saya sudah melewati batas harapan hidup. Tapi cara Chad meninggal sangat traumatis. Setelah itu, saya benar-benar menyadari betapa cepatnya hidup berlalu," bebernya.
Setelah kehilangan Chad, Tiffany memutuskan untuk memprioritaskan dirinya sendiri. Dia mengakhiri pernikahan yang telah berlangsung selama 8 tahun, berhenti dari pekerjaannya, dan memulai bisnis sendiri. Sekarang, dia fokus menjaga kesehatannya dengan rutin berlatih yoga dan menjaga pola makan.
"Kadang saya lupa kalau saya punya progeria, karena saya sibuk menjalani hidup," ujarnya.
Menurutnya, banyak orang yang tidak sadar bahwa tubuh adalah mesin yang harus dirawat dengan baik. Dia juga prihatin melihat orang-orang yang justru merusak tubuh mereka sendiri.
Tiffany menjalani gaya hidup sehat, tidak merokok, dan hanya sesekali minum alkohol. Dia berharap bisa terus mengembangkan bisnisnya dan melakukan perjalanan di masa depan.
Namun, operasi penggantian katup aorta yang harus dijalaninya tetap menjadi hal menakutkan baginya. Meskipun begitu, Tiffany tetap berusaha menjalani hidup dengan cara yang positif.
"Saya seorang pemimpi. Saya ingin orang-orang berhenti mengeluhkan penuaan dan mulai melihatnya sebagai sebuah keistimewaan. Banyak yang mengeluh tentang penuaan dan keriput, padahal itu tidak penting. Yang lebih penting adalah bagaimana kita menjalani hidup," imbuhnya.
"Saya unik. Saya seperti ikan yang terus mencoba keluar dari kegelapan. Saya hanya setinggi 132 cm dan berbobot 25 kg, tapi saya punya kekuatan besar." lanjutnya.