シェア:

JAKARTA – Upaya pembuat kebijakan untuk merekomendasikan langkah-langkah pengamanan bagi kecerdasan buatan (AI) menghadapi tantangan besar: ilmu pengetahuan yang terus berkembang.

Elizabeth Kelly, Direktur U.S. Artificial Intelligence Safety Institute, menyatakan bahwa pengembang AI sendiri masih mencari cara untuk mencegah penyalahgunaan sistem baru. Hal ini membuat pemerintah kesulitan menetapkan langkah pengamanan yang efektif.

Berbicara dalam konferensi Reuters NEXT di New York pada Selasa 10 Desember, Kelly menyoroti kekhawatiran di bidang keamanan siber. Ia menjelaskan bahwa cara untuk mengatasi pembatasan keamanan yang telah diterapkan laboratorium AI, yang dikenal sebagai "jailbreaks," bisa dilakukan dengan mudah.

“Sulit bagi pembuat kebijakan untuk merekomendasikan praktik terbaik dalam hal pengamanan, sementara kami sendiri belum tahu mana yang efektif dan mana yang tidak,” ungkap Kelly.

Para ahli teknologi sedang berupaya untuk menguji dan melindungi AI di berbagai aspek. Salah satu masalah adalah konten sintetis, di mana manipulasi tanda air digital yang menunjukkan gambar dihasilkan oleh AI masih terlalu mudah dilakukan. Hal ini menyulitkan otoritas untuk memberikan panduan yang tepat bagi industri.

Peran U.S. AI Safety Institute

Didirikan di bawah pemerintahan Biden, U.S. AI Safety Institute berusaha mengatasi tantangan ini melalui kemitraan dengan akademisi, industri, dan masyarakat sipil untuk mendukung evaluasi teknologinya. Kelly menegaskan bahwa keselamatan AI adalah "isu bipartisan yang fundamental," ketika ditanya tentang masa depan institusi ini di bawah kepemimpinan Donald Trump yang akan mulai menjabat pada Januari mendatang.

Sebagai direktur pertama institusi tersebut, Kelly baru-baru ini memimpin pertemuan perdana institusi keselamatan AI dari seluruh dunia yang digelar bulan lalu di San Francisco.

Langkah Kolaboratif Global

Kelly mengungkapkan bahwa 10 negara anggota pertemuan tersebut sedang mengembangkan pengujian keselamatan yang dapat dioperasikan secara global, dibantu oleh para ahli teknis.

“Pertemuan ini benar-benar mengumpulkan para ahli teknologi di ruangan,” ujar Kelly, menggambarkan suasana kolaborasi yang lebih teknis dibandingkan pertemuan diplomatik biasa.

Melalui pendekatan kolaboratif ini, institusi keselamatan AI bertujuan untuk menetapkan standar global yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan keamanan di era teknologi yang terus berkembang.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)