Bagikan:

Perkembangan teknologi informasi dan artificial intelligence (AI) berlangsung sangat pesat. Banyak pihak yang mulai memanfaatkan AI karena berbagai alasan. Menurut Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih, penggunaan AI sebaiknya tidak dilakukan hanya karena FOMO (fear of missing out) atau rasa takut ketinggalan. Pemanfaatan AI harus berdasarkan pemahaman yang jelas atas manfaat dan kegunaannya dalam meningkatkan produktivitas.

***

AI memang telah merambah ke berbagai bidang kehidupan. Banyak pekerjaan elementer yang sebelumnya harus dikerjakan manusia, kini sudah bisa diambil alih oleh AI. Maka tidak berlebihan jika Roy Kosasih menyatakan bahwa kehadiran AI mempermudah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. “Sudah banyak yang merasakan bahwa dengan menggunakan AI, pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat dan efisien, sehingga manusia menjadi lebih produktif,” ujarnya.

Peta persaingan pun berubah dengan hadirnya artificial intelligence. Mereka yang tidak mengimplementasikan AI dalam pekerjaannya akan kalah bersaing. “Kita ini baru memasuki era digitalisasi. Sekarang saatnya meningkatkan kinerja melalui otomatisasi. Jadi, digitalisasi dan otomatisasi adalah syarat untuk meningkatkan daya saing kita dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Vietnam, Thailand, dan Kamboja,” tutur Roy.

Kehadiran AI juga membuka banyak peluang baru. “AI tumbuh dan berkembang sangat pesat, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki kapasitas untuk menjalankan bahkan mengembangkan AI. Artinya, kita harus bisa menyiapkan sumber daya manusia yang mendukung. Dunia pendidikan kita harus mampu mengadopsi dan mengimplementasikan perkembangan teknologi terbaru,” tambahnya.

Yang juga menjadi perhatian Roy Kosasih adalah pemerataan pembangunan infrastruktur komunikasi serta peningkatan kecepatan layanan internet. Selain itu, menciptakan iklim yang kondusif agar investor asing mau menanamkan modalnya di sektor teknologi informasi juga harus menjadi fokus pemerintah. “Regulasi di bidang investasi harus dibenahi. Pemerintah perlu memberikan kemudahan bagi investor yang ingin masuk ke bidang teknologi informasi dan sejenisnya,” katanya kepada Ary Julianto Tridjaka, Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Meidianto dari VOI, yang menemuinya di kantor IBM Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Menggunakan AI, kata  Presdir IMB Indonesia Roy Kosasih jangan karena fomo, optimalkan AI agar bisa menjadi nilai lebih dibandingkan orang lain. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)
Menggunakan AI, kata  Presdir IMB Indonesia Roy Kosasih jangan karena fomo, optimalkan AI agar bisa menjadi nilai lebih dibandingkan orang lain. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Bagaimana pandangan IBM Indonesia terhadap adopsi AI generatif di perusahaan-perusahaan Indonesia saat ini?

Sejauh ini, perkembangannya amat pesat. Ini sejalan dengan survei yang dilakukan IBM Global terhadap 4.000 eksekutif di seluruh dunia, sebagian di antaranya berasal dari Indonesia. Berdasarkan pengalaman saya saat menawarkan teknologi AI kepada banyak CEO di Indonesia, mereka menunjukkan minat yang luar biasa. Karena dengan menggunakan AI, pekerjaan terasa lebih cepat dan efisien, sehingga produktivitas manusia meningkat.

Hal ini juga diamati oleh perusahaan-perusahaan, baik swasta, BUMN, maupun kementerian. Ketika mereka mulai menggunakan AI, hasil kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sebaliknya, jika mereka tidak mengadopsi AI, mereka akan kalah dalam persaingan. Mereka tidak hanya mengadopsi AI, tapi juga sudah membangun use cases di perusahaan mereka dan mulai merasakan hasilnya. Selanjutnya, mereka memperluas penerapannya ke bagian-bagian lain.

Jadi mereka tidak sekadar FOMO atau "fear of missing out" dalam menggunakan AI, tapi benar-benar memahami kegunaan dan manfaatnya?

Awalnya memang ada unsur FOMO atau ketakutan tertinggal. Namun belakangan, apa yang mereka lakukan sangat beralasan. Karena penggunaan AI saat ini sudah menjadi kebutuhan. Sekali lagi, jika tidak menggunakannya, mereka akan tertinggal atau kalah dalam kompetisi.

Apa saja tantangan utama yang dihadapi perusahaan Indonesia dalam mengimplementasikan AI, khususnya AI generatif?

Saya sering mendapat pertanyaan ini dari para CEO. Tantangan pertama biasanya adalah keraguan terhadap ketersediaan tenaga kerja yang terampil di internal perusahaan. Untuk mengembangkan use cases baru, dibutuhkan keahlian AI yang sangat mumpuni. Ini kekhawatiran yang wajar, tetapi tidak boleh menjadi penghalang. Banyak perusahaan teknologi seperti IBM yang siap membantu.

Pertama, kami akan mentransfer teknologi yang kami miliki kepada perusahaan tersebut. Kedua, kami menyediakan pelatihan agar tenaga kerja di perusahaan itu tidak hanya bisa memakai atau menerapkan AI, tetapi juga mampu mengembangkannya. Ketiga, kami dapat membentuk tim kerja sama yang disebut Center of Excellence, di mana kami menyiapkan tenaga ahli yang akan membantu tim internal perusahaan mengembangkan AI di divisi tertentu. Jika masih diperlukan, tenaga ahli dari IBM bisa diadopsi menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Jadi, pelatihan akan terus berkelanjutan dan kami siap mendampingi.

Namun bukankah semua itu membutuhkan biaya yang besar?

Biaya besar itu relatif. Karena akan ada perubahan besar: produktivitas meningkat, kualitas meningkat, dan tingkat kesalahan bisa diminimalkan. Artinya, profit perusahaan akan bertumbuh karena pengeluaran berkurang dan skala ekonomi tercapai. Dengan kualitas dan produktivitas yang meningkat, kinerja perusahaan akan lebih baik, pelanggan bertambah, pasar berkembang, dan omzet bisa meningkat berkali-kali lipat.

IBM baru saja meluncurkan teknologi Watsonx Orchestrate dan webMethods Hybrid Integration. Bagaimana relevansi teknologi ini untuk pasar Indonesia?

Kita ini baru memasuki era digitalisasi. Sekarang saatnya mendorong kinerja melalui otomatisasi. Jadi digitalisasi dan otomatisasi adalah syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain seperti Vietnam, Thailand, dan Kamboja. Kita harus punya keunggulan yang menjadi selling point, yaitu kinerja yang ditingkatkan melalui penerapan digitalisasi dan otomatisasi.

Watsonx Orchestrate adalah solusi bagaimana kita bisa menggabungkan berbagai sistem otomatisasi atau fungsi dan departemen yang sudah menerapkan AI. Meskipun menggunakan teknologi yang berbeda-beda, semuanya bisa disatukan melalui Watsonx Orchestrate. Sinergi ini akan meningkatkan efektivitas kerja dan produktivitas.

Untuk mendukung perkembangan teknologi informasi,  Presdir IMB Indonesia Roy Kosasih berharap infrastruktur komunikasi dan jaringan internet di Indonesia bisa merata dan meningkat kecepatannya. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Untuk mendukung perkembangan teknologi informasi,  Presdir IMB Indonesia Roy Kosasih berharap infrastruktur komunikasi dan jaringan internet di Indonesia bisa merata dan meningkat kecepatannya. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Jadi multiple platform bisa disatukan?

Beragam platform dengan AI yang berbeda bisa diselaraskan melalui Watsonx Orchestrate ini. Ini merupakan salah satu teknologi IBM dalam generative AI yang kini banyak diminati. Jadi, berbagai sistem AI dapat digabungkan melalui satu koordinasi terpusat.

Sejauh mana kesiapan infrastruktur digital di Indonesia dalam mendukung percepatan transformasi AI berbasis hybrid cloud seperti yang ditawarkan IBM?

Kita harus selalu berpikir positif. Saat ini kita sudah mulai bergerak, dan sudah banyak investasi yang masuk ke sektor komunikasi untuk menjangkau wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dengan kondisi geografis yang beragam—lautan, pegunungan, dan sebagainya.

Pemerintah ingin pembangunan yang merata hingga ke seluruh pelosok negeri, dan infrastruktur digital menjadi bagian penting dari upaya membangun digitalisasi nasional. Saat ini memang sudah dimulai, tetapi masih banyak ruang untuk peningkatan.

Kita memang harus terus berbenah. Misalnya, terkait ketersediaan layanan internet, bagaimana kecepatan dan kualitasnya bisa terus ditingkatkan. Oleh karena itu, kehadiran internet berbasis satelit sangat kami apresiasi. Saat seluruh pelosok negeri sudah terlayani dengan jaringan internet yang andal, maka proses digitalisasi kita akan berlangsung lebih baik. Itu menjadi fondasi sebelum kita masuk ke era hybrid cloud.

Apakah solusi dari IBM untuk itu sudah tersedia saat ini?

Kami memiliki layanan cloud, meskipun saat ini belum tersedia secara fisik di Indonesia. Namun, kami memiliki aplikasi dan perangkat lunak (software) yang siap digunakan untuk menuju ke arah sana.

Salah satu anak perusahaan kami, Red Hat, berkembang pesat dengan sistem aplikasi berbasis open source. Ini merupakan salah satu upaya kami dalam mendukung pertumbuhan hybrid cloud yang lebih besar di Indonesia.

Apakah IBM Indonesia memiliki inisiatif khusus untuk mendukung pelatihan talenta lokal di bidang AI dan cloud computing?

Kami sangat peduli dalam hal ini. Selama ini, kami sering diminta berkontribusi oleh pemerintah dalam upaya memenuhi target tambahan 9 juta talenta digital di Indonesia hingga tahun 2030. Ini harus kita sikapi bersama, terutama oleh kami sebagai salah satu inovator di bidang teknologi. Kami merasa terpanggil untuk berkontribusi.

Kami telah mengembangkan AI sejak puluhan tahun lalu, jauh sebelum populer seperti sekarang. Masyarakat awam baru mengenal generative AI dalam tiga hingga empat tahun terakhir, tetapi IBM sudah mengembangkan AI sejak tahun 1952. Saat itu, fokus kami adalah pada machine learning.

Kami tidak hanya fokus pada large language model, tetapi juga pada small language model yang lebih terukur dan terarah, sehingga lebih ekonomis dan efisien. Hasilnya pun lebih akurat karena sifatnya yang fokus.

Apa lagi yang telah dilakukan IBM Indonesia dalam hal ini?

Pada awal tahun 2023, kami meluncurkan inisiatif bernama IBM Academy, yang berpusat di Batam. Di dalamnya, kami memberikan pelatihan tentang AI dan hybrid cloud.

Untuk program ini, kami bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui program Kampus Merdeka. IBM menjadi salah satu mitra yang memberikan pelatihan kepada mahasiswa semester VII ke atas dalam bidang AI dan hybrid cloud.

Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Universitas Ciputra di Surabaya, di mana program AI kami telah menjadi bagian dari kurikulum mereka. Kami juga tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi lain—baik yang memiliki jurusan teknologi informasi maupun non-teknologi—yang menunjukkan ketertarikan terhadap AI dan hybrid cloud. Tujuannya agar program kami dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum mereka.

Bagaimana pendekatan IBM Indonesia memastikan tata kelola dan keamanan data dalam penerapan AI di sektor-sektor kritikal seperti keuangan, pemerintahan, dan kesehatan?

Sibersecurity adalah salah satu aspek yang membuat nama IBM bersinar. Dalam banyak kasus serangan ransomware di berbagai negara, kami kerap diminta berkontribusi, baik untuk mengisolasi serangan, melakukan investigasi, maupun melakukan tindakan pengamanan dan peningkatan sistem keamanan. Penanganan seperti ini sering dipercayakan kepada IBM.

Untuk cybersecurity, kami memiliki berbagai tools yang bisa digunakan. Selain itu, kami juga memberikan panduan praktik terbaik kepada setiap pengguna, sesuai dengan standar keamanan siber masing-masing negara. Misalnya, penggunaan multi-factor authentication (MFA) — jadi, tidak hanya mengandalkan password, tetapi juga dilengkapi dengan PIN atau autentikasi tambahan lainnya. Untuk pendekatan keamanan ini, kami menyebutnya sebagai zero trust policy. Analogi sederhananya, dalam satu rumah yang terbuka dan bisa dimasuki orang lain, setiap kamar bisa dikunci, dan hanya orang yang memiliki kunci yang bisa masuk. Itulah konsep keamanan berlapis yang kami terapkan untuk menambah rasa aman.

Banyak UMKM di Indonesia yang mulai mendigitalisasi usahanya. Apakah solusi AI IBM juga menyasar sektor ini?

Saat ini banyak startup baru yang dirintis oleh teknokrat muda Indonesia. Bekerja sama dengan Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital), kami membantu 10 startup yang menerapkan AI dalam bisnis mereka. Ada yang bergerak di industri logistik, kesehatan, drone, dan lainnya — semuanya telah mengintegrasikan AI dalam model bisnisnya.

Kami melatih mereka dalam penerapan AI, termasuk juga pelatihan di bidang kepemimpinan dan aspek bisnis lainnya. Ini adalah salah satu bentuk dukungan kami terhadap pertumbuhan UMKM berbasis teknologi di Indonesia.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi AI global, bagaimana IBM melihat posisi Indonesia dalam peta transformasi digital dunia?

Saat ini, posisi Indonesia masih sebagai pengguna AI. Namun, kalau kita melihat dari segi adopsi teknologi, Indonesia tergolong sangat cepat. Misalnya, saat Facebook diluncurkan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna terbanyak di dunia. Begitu juga dengan WhatsApp — kita termasuk pengguna nomor dua atau tiga terbanyak. Bahkan di TikTok, masyarakat Indonesia sangat antusias menjadi content creator karena bisa memperoleh keuntungan ekonomi.

Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, justru menjadi peluang. Yang terpenting adalah bagaimana perkembangan teknologi ini bisa memberikan dampak ekonomi yang positif bagi Indonesia. Apalagi, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara dengan GDP terbesar keempat di dunia pada tahun 2045. Untuk mencapainya, pertumbuhan ekonomi kita harus minimal 8% per tahun.

Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi harus terus ditingkatkan — baik oleh pemerintah maupun swasta.

Apa harapan IBM terhadap arah kebijakan pemerintah Indonesia dalam mendukung pertumbuhan industri AI?

AI tumbuh dan berkembang sangat pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki kapasitas, tidak hanya untuk menjalankan, tetapi juga mengembangkan teknologi ini. Artinya, kita harus mampu menyiapkan talenta digital yang mendukung perkembangan tersebut.

Dunia pendidikan kita harus bisa mengadopsi dan mengimplementasikan perkembangan teknologi terbaru. Ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan universitas, pusat riset, atau perusahaan teknologi global. Bentuk kerja sama ini bisa berupa pendirian akademi seperti yang sudah dilakukan IBM.

Selain itu, regulasi di bidang investasi juga harus dibenahi. Pemerintah perlu memberikan kemudahan kepada investor yang ingin masuk ke sektor teknologi informasi dan industri terkait. Jika dilakukan secara konsisten, hal ini akan mendorong pertumbuhan industri teknologi informasi dan AI ke depan di Indonesia.

Roy Kosasih Prihatin dengan Aktivitas Pertambangan di Raja Ampat

Sebagai seorang yang senang scuba diving dan memancing, Roy Kosasih ikut prihatin pertambangan merambah ke wilayah Raja Ampat. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)
Caption

Adanya tambang nikel di Raja Ampat membuat banyak pihak merasa prihatin. Pasalnya, aktivitas pertambangan tersebut dikhawatirkan akan mengganggu spot scuba diving yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terindah di dunia. Karena itu, Roy Kosasih pun menyuarakan keprihatinannya atas kelestarian alam Raja Ampat.

Roy mendukung seruan berbagai pihak agar kegiatan pertambangan di Raja Ampat dihentikan. Ia khawatir, keindahan alam bawah laut Raja Ampat yang sudah tersohor itu akan perlahan-lahan rusak.

Sebagai seorang yang gemar scuba diving dan memancing, ia telah menikmati keindahan alam bawah laut Raja Ampat, Maratua, Bunaken, Labuan Bajo, dan berbagai spot diving lainnya di Indonesia.

“Indonesia ini diberkati dengan alam yang indah dan memesona. Orang bilang, Raja Ampat itu kepingan surga terakhir yang tertinggal di bumi. Itu benar-benar bisa kita nikmati keindahannya,” katanya.

Namun, belakangan kondisi itu mulai terancam oleh aktivitas tambang.

“Kalau boleh bersuara, tolong jangan lanjutkan pertambangan di Raja Ampat. Karena itu akan mengancam keindahan alam yang selama ini sudah banyak dinikmati wisatawan nusantara dan mancanegara,” serunya.

Tak hanya pertambangan di kawasan wisata yang dikhawatirkan Roy Kosasih. Pembangunan fasilitas pendukung pariwisata seperti hotel, cottage, dan bungalow yang hampir tak terkontrol, menurutnya juga bisa merusak keindahan alam.

“Saya lihat di Labuan Bajo, pembangunan cottage, bungalow, dan sejenisnya berlangsung hampir tanpa kontrol. Ini bisa mengancam dan merusak lingkungan yang sebelumnya asri,” ujarnya.

Realitas yang terjadi saat ini kata Roy Kosasih, di Raja Ampat terjadi terjadi penurunan kualitas keindahan alam bawah laut di Raja Ampat. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Realitas yang terjadi saat ini kata Roy Kosasih, di Raja Ampat terjadi terjadi penurunan kualitas keindahan alam bawah laut di Raja Ampat. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Untuk Raja Ampat, jika dibandingkan situasi saat ini dengan 15 atau 20 tahun yang lalu, kondisinya sangat berbeda. “Saya memang baru lima tahun terakhir menekuni scuba diving, tapi menurut teman-teman saya yang lebih dulu aktif diving, situasi Raja Ampat 15 atau 20 tahun lalu amat berbeda dengan sekarang. Artinya, kondisinya kini sudah tak seindah dulu,” katanya menirukan pengakuan teman-temannya.

Tak bisa disangkal bahwa memang telah terjadi penurunan kualitas keindahan alam bawah laut di Raja Ampat. Karena itu, seruan untuk menghentikan aktivitas tambang terdengar makin nyaring belakangan ini.

“Raja Ampat yang dulu dengan yang sekarang memang jauh berbeda. Kita melihat degradasi lingkungan memang sudah terjadi. Sayang sekali kita dianugerahi alam yang begitu indah kalau tak bisa menjaganya. Yang ada, lama-lama rusak,” katanya lirih.

Katup Pengaman

Selain suka menyelam dan memancing, Roy juga rutin berolahraga seperti golf dan jalan pagi di sekitar kediamannya. “Saya bekerja dalam lingkungan yang penuh dinamika, kadang bisa menimbulkan stres. Kalau tidak ditangani segera, bisa berbahaya,” katanya.

Salah satu cara untuk meredakan stres, menurutnya, adalah berolahraga.

“Yang saya lakukan adalah olahraga golf dan jalan pagi. Jalannya di sekitar kompleks perumahan tempat saya tinggal,” akunya.

Untuk melepas kepenatan dari rutinitas kerja, Roy Kosasih tak hanya berolahraga, namun ia juga gemar bermain musik dan bernyanyi. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)
Untuk melepas kepenatan dari rutinitas kerja, Roy Kosasih tak hanya berolahraga, namun ia juga gemar bermain musik dan bernyanyi. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Selain olahraga, ada satu lagi katup pengaman untuk mengatasi stres akibat tekanan pekerjaan: bermain musik dan bernyanyi.

“Sejak kecil saya memang sudah hobi bermain musik dan menyanyi,” ungkapnya.

Di tengah kesibukannya sebagai pucuk pimpinan di IBM Indonesia, ia tetap meluangkan waktu untuk menyalurkan hobinya.

“Dengan bermain musik dan menyanyi, saya bisa melampiaskan stres akibat pekerjaan. Saya bisa tertawa lepas setelahnya, hahaha,” katanya sambil tertawa.

Setelah menyanyi dan bermain musik, ia merasakan satu manfaat utama: suasana hati menjadi lebih baik.

“Setelah menikmati musik dan bernyanyi, saya lebih rileks dan bisa lebih menikmati suasana sekitar,” tambah Roy Kosasih, yang pernah berkarier di sejumlah perusahaan multinasional seperti Honeywell, GE, ABB, Grundfos, Rohm and Haas, serta UCB.

"Raja Ampat yang dulu dengan yang sekarang memang jauh berbeda. Kita melihat degradasi lingkungan memang sudah terjadi. Sayang sekali kita dianugerahi alam yang begitu indah kalau tak bisa menjaganya. Yang ada, lama-lama rusak,"

Roy Kosasih