Bagikan:

Ekonomi dunia bergolak, apalagi setelah Donald Trump menerapkan kebijakan tarif timbal balik resiprokal. Kondisi ini berdampak pada ekonomi dalam negeri. Dalam bidang otomotif, menurut Ketua Umum Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) Yohannes Nangoi, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Di antaranya merapat kepada pemerintah, mengajukan insentif tambahan, dan melakukan efisiensi besar-besaran agar harga jual bisa ditekan.

***

Kondisi ekonomi dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini, menurut Nangoi, sangat berpengaruh pada pasar dalam negeri. “Untuk pasar domestik amat ditentukan oleh faktor harga. Berbagai peraturan pemerintah di sektor otomotif berpengaruh juga pada harga jual produk otomotif. Apalagi situasi dunia sekarang sedang tidak baik-baik saja. Ini mengakibatkan ekonomi melemah, dan kelas menengah juga turun cukup signifikan,” paparnya.

Salah satu dari poin di atas, kata dia, mendapat tanggapan positif dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian. “Kami mengajukan beberapa usulan kepada pemerintah untuk menggairahkan industri otomotif, seperti insentif tambahan. Dan pemerintah merespons positif. Soal PPN tetap akan dikenakan, namun untuk kendaraan kelas bawah tidak dikenakan PPN,” katanya.

Setelah tiga poin di atas, langkah berikutnya, lanjut Yohannes Nangoi, adalah mengintensifkan penjualan. Ia masih sangat optimistis dengan besarnya potensi pasar otomotif di Indonesia. Pasalnya, pabrikan mobil mancanegara masih menargetkan Indonesia sebagai pasar. Kondisi ini juga harus dioptimalkan oleh pelaku otomotif di dalam negeri agar tidak hanya bengong menyaksikan orang "berpesta" di dalam negeri.

“Intinya, kita menginginkan Indonesia ini menjadi basis produksi otomotif, kita jangan hanya dijadikan pasar otomotif saja. Sehingga industri ini bisa berdampak, menyerap tenaga kerja, dan menggunakan semua bahan dari Indonesia. Dan ujung-ujungnya bisa ekspor otomotif agar devisa masuk,” ujarnya.

Salah satu langkah yang dilakukan Gaikindo untuk mendongkrak penjualan adalah menggelar pameran yang bertajuk GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show). Untuk tahun 2025, pameran ini akan dilaksanakan di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta/Tangerang, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Makassar. “Lewat pameran, penjualan biasanya meningkat karena banyak program promosi yang ditawarkan produsen otomotif dan perusahaan leasing,” katanya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Meidianto dari VOI yang menemuinya di Kantor Gaikindo, di bilangan Menteng, Jakarta, belum lama berselang.

Tak ada solusi tunggal untuk kendaraan, menurut Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi, mobil BBM, hybrid dan listrik bisa berjalan beriringan. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Tak ada solusi tunggal untuk kendaraan, menurut Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi, mobil BBM, hybrid dan listrik bisa berjalan beriringan. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Bagaimana Anda melihat perkembangan dunia otomotif di Indonesia saat ini?

Saat ini, perkembangan industri otomotif amat bergejolak, baik di Indonesia maupun di tingkat dunia. Sekitar 30-40 tahun lalu yang mendominasi adalah pabrikan Amerika. Lalu digantikan oleh pabrikan Jepang dan Eropa. Sekarang kita lihat banyak sekali mobil yang dibuat China. Ketika dominasi Amerika lalu ke Jepang dan Eropa, jenis mesinnya masih sama. Namun, mesin mobil sekarang amat berubah. Yang tadinya combustion engine, menjadi hibrida, bahkan yang paling menghebohkan, mobil listrik.

Kita mesti bersyukur berada dalam situasi yang amat menegangkan ini, gejolak antara teknologi lama dan teknologi baru. Teknologi baru ini diharapkan dapat menghasilkan mesin yang hemat bahan bakar dan bersih lingkungan.

Kondisi ini apa dampaknya bagi negara kita?

Saya melihat Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah. Dalam produksi otomotif, Indonesia cukup maju. Sebelum COVID-19, Indonesia menduduki posisi ke-11 dalam memproduksi otomotif. Namun, setelah pandemi, kita kembali lagi ke posisi ke-17 karena berbagai masalah.

Ini sangat berpengaruh pada pasar. Untuk pasar domestik amat ditentukan oleh faktor harga. Berbagai peraturan pemerintah di sektor otomotif berpengaruh juga pada harga jual produk otomotif. Apalagi situasi dunia sekarang sedang tidak baik-baik saja. Ini mengakibatkan ekonomi melemah, dan kelas menengah juga turun cukup signifikan.

Bagaimana anggota Gaikindo menghadapi situasi seperti ini?

Kami terus terang mendekatkan diri kepada pemerintah, Kementerian Perindustrian adalah "ayah angkat" kami. Kami mengajukan beberapa usulan kepada pemerintah untuk menggairahkan industri otomotif, seperti insentif tambahan. Dan pemerintah merespons positif. Soal PPN tetap akan dikenakan, namun untuk kendaraan kelas bawah tidak dikenakan PPN. Para APM (agen pemegang merek) melakukan penghematan besar-besaran, sehingga harga bisa ditekan. Dan kita amat agresif untuk melakukan penjualan di dalam negeri.

Mengapa pasar dalam negeri ini menjadi perhatian?

Kalau pasar dalam negeri kita kecil, kita tak akan dilirik oleh produsen mobil. Contohnya; Singapura pasarnya kecil, apakah pabrikan besar seperti Toyota, Hyundai, BYD tertarik membangun pabrik di sana? Jawabnya tidak. Mereka tertariknya pada Indonesia, karena pasar domestiknya besar. Karena itu, kita harus mempertahankan ini. Kalau produksinya di Indonesia, selain untuk pasar domestik, bisa juga untuk ekspor. Angkanya sampai sekarang sudah 500.000 unit per tahun.

Sekarang soal mobil nasional, dulu sempat digagas namun berhenti di tengah jalan. Apakah masih mungkin dilanjutkan?

Saya sendiri masih mencari definisi mobil nasional. Ada kendaraan kolaborasi antara Toyota dan Daihatsu, namanya Agya dan Ayla, ini didesain oleh putra-putri Indonesia. Dibuat di Indonesia, komponennya hampir 90% dari Indonesia. Apakah ini belum bisa disebut mobil nasional? Di ranah yang lain juga ada Biskuit Roma, semua dibuat di sini dengan bahan baku tak ada dari Roma. Apakah ini bukan biskuit nasional?

Mungkin yang disebut mobil nasional itu semua namanya Indonesia dan komponennya dari Indonesia. Itu sedang kita jajaki ke arah sana. Kalau ditanya apa mungkin kita wujudkan, ya mungkin.

Menurut Anda, apa masalahnya Mobil Nasional yang sempat digagas dan dimulai namun berhenti di tengah jalan?

Kalau bikin mobil, kita mampu. Tapi masalah yang paling besar bukan membuat mobil, harga harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pemasarannya harus jago. Dan mobil itu ada waktunya, untuk mobil penumpang dalam dua tahun sudah harus berubah. Kalau tidak, akan ditinggal masyarakat yang mengikuti tren.

Untuk memenuhi skala ekonomi, satu model mobil harus terjual 200.000 unit. Kalau bisa 200.000 tercapai sebelum dua tahun. Kalau lebih dari dua tahun, tak up to date lagi. Untuk mencapai itu, harus dijual di dalam negeri dan juga ekspor. Untuk pasar ekspor, harus punya jaringan di luar negeri. Jadi itu yang harus dipelajari, bukan hanya membuat mobil.

Bicara soal mobil nasional, kata Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi bukan sekadar membuat, namun yang lebih penting bagaimana memasarkan dan memberikan layanan purna jual agar produksi terus berlanjut. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Bicara soal mobil nasional, kata Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi bukan sekadar membuat, namun yang lebih penting bagaimana memasarkan dan memberikan layanan purna jual agar produksi terus berlanjut. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Negara mana yang berhasil dengan program mobil nasionalnya?

Salah satu yang berhasil itu Korea. Mereka tak mengandalkan pasar lokal Korea, tapi sebagian besar ekspor. Untuk bisa ekspor, harus punya tenaga ahli dan jaringan yang bagus. Inilah tantangan yang besar kalau mobil nasional ingin diwujudkan. Itu juga yang dilakukan pabrikan mobil dari Jepang. Orang Indonesia belum bisa begitu. Yang dilakukan pabrikan mobil China saat ini juga begitu, mereka melakukan ekspansi besar-besaran ke berbagai negara untuk memasarkan mobilnya.

Jadi, itu problem yang harus diselesaikan kalau mobil nasional ingin diwujudkan?

Betul sekali. Dan ini tantangan, kita harus siap menghadapinya.

Sekarang mobil listrik dari berbagai negara masuk ke Indonesia, bagaimana Anda melihat realitas ini?

Mobil listrik ini memenuhi harapan masyarakat, dia tidak menggunakan bahan bakar fosil. Ke depan, bahan bakar fosil akan habis. Terhadap lingkungan, lebih bersih karena tidak mengeluarkan emisi. Ini adalah mobil masa depan.

Cuma, mobil listrik ini harus membentuk infrastruktur baru, seperti tempat pengisian daya, pasokan listrik yang cukup, dan waktu mengisi daya yang masih lama. Ke depan, pengisian daya ini akan lebih cepat dari yang ada sekarang. Catatan saya, limbah baterai bekas harus ditangani dengan benar, jangan sampai menimbulkan masalah di kemudian hari.

Apakah listrik yang digunakan saat ini adalah listrik yang hijau?

Kalau soal itu, di luar ranah saya. Ini pertanyaan bagus untuk pemerintah dan pihak yang terkait dalam urusan listrik. Kami bertugas membuat mobil, jadi sebagai pengguna listrik.

Dari industri otomotif, apakah sudah siap dengan perubahan dari mobil BBM ke mobil listrik?

Menurut saya, ini bukan siap untuk perubahan, tapi berjalan beriringan. Makanya, di ajang otomotif dunia, kita membahas juga soal ini. Jadi, tidak ada solusi tunggal untuk masalah ini. Jadi, bersama, beberapa kendaraan masih pas untuk kendaraan BBM, tapi di tempat lain kendaraan listrik lebih cocok. Ada juga yang lebih bagus kendaraan hibrida. Jadi, semua berkembang bersama-sama. Saat ini, saya belum menemukan kendaraan militer menggunakan listrik, semua masih menggunakan BBM. Jadi, tergantung kebutuhan, untuk ibu rumah tangga yang cuma antar anaknya ke sekolah, pasar, dan jarak dekat lainnya, kendaraan listrik masih oke. Karena itu, Gaikindo menaungi semuanya; kendaraan combustion engine, listrik, dan hibrida.

Intinya, kita menginginkan Indonesia ini menjadi basis produksi otomotif, kita jangan hanya dijadikan pasar otomotif saja. Sehingga industri ini bisa berdampak, menyerap tenaga kerja, dan menggunakan semua bahan dari Indonesia. Dan ujung-ujungnya bisa ekspor otomotif agar devisa masuk.

Jadi, tidak salah kalau pemerintah menerapkan TKDN untuk pabrikan otomotif yang mau masuk ke Indonesia?

Itu sangat tepat, kami berkali-kali mengingatkan bahwa penduduk Indonesia itu 275 juta lebih, ini pasar yang besar. Jangan sampai kita bengong saat semua mobil masuk ke sini.

Apa yang perlu dilakukan agar mobil listrik bisa berjalan beriringan dengan platform lainnya; mobil BBM dan hibrida?

Saat ini, teknologi kendaraan listrik itu belum maksimal, masih akan berkembang. Yang diharapkan dari mobil listrik; waktu isi dayanya cepat, pemakaian lebih lama, harga lebih terjangkau, dan layanan purna jualnya tersedia di mana-mana. Kalau itu terpenuhi, masyarakat akan beralih ke sana.

Yang perlu disadari, Indonesia ini bukan pioneer industri otomotif, awalnya Amerika dan Eropa. Sekarang dikuasai juga oleh Jepang, China, dan Korea. Kita ini memanfaatkan industri otomotif agar bisa berkembang di sini.

Saat ini sebaran kendaraan listrik di mana saja?

Kendaraan listrik masih terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama Jakarta. Karena Jakarta ada kebijakan ganjil-genap. Mobil listrik tak kena kebijakan ganjil-genap. Akibatnya, Jakarta jadi kota dengan pertumbuhan kendaraan listrik paling cepat di Indonesia. Diikuti kota besar lainnya. Untuk kota kecil, perkembangannya belum signifikan.

Ada juga wacana mobil hidrogen, seperti apa Anda melihat kendaraan jenis ini?

Mobil hidrogen itu amat bagus, tapi teknologinya sangat tinggi. Akibatnya, harga jual masih sangat mahal. Ini seperti membawa reaktor di kendaraan yang digunakan untuk mengubah air (H2O) menjadi tenaga, yang bisa menggerakkan mobil. Kalau sudah jadi, ini akan menjadi mobil paling bersih dan ramah lingkungan. Cuma harganya saja yang mahal, kalau bisa dijangkau akan luar biasa ini.

Apakah mobil hidrogen secara ekonomi belum masuk?

Ya, masih membutuhkan waktu untuk mencapai titik ekonomi yang pas untuk pasar.

Peraturan pemerintah sering berubah dengan cepat, akibatnya pengusaha yang tidak siap, apa harapan Anda pada pemerintah?

Industri otomotif itu jangka panjang, dan investasi sangat besar. BEP juga lama. Oleh karena itu, kami minta dukungan pada pemerintah untuk memberlakukan aturan yang tidak berubah-ubah. Konsistensi peraturan amat kami butuhkan untuk keberlanjutan usaha. Kalau terlalu cepat berubah, investor baru akan wait and see, bisa saja dia pindah ke negara lain. Akhirnya, Indonesia dijadikan target pasar saja, ini yang kita sayangkan.

Lalu soal penegakan hukum. Sebuah mobil diproduksi dengan kapasitas tertentu, tidak sepantasnya diisi dengan over kapasitas. Ini yang harus ditegakkan oleh pemerintah. Ini tidak pantas dan membahayakan keamanan mobil tersebut dan juga kendaraan lain di jalan. Ada truk yang dibuat untuk 10 ton diisi dengan 20 ton. Kendaraan overload harus ditindak.

Selama satu tahun, kapan puncak penjualan dalam dunia otomotif di Indonesia?

Satu tahun kita bagi dua, semester kedua biasanya lebih besar dari semester pertama. Tapi Lebaran juga meningkat, biasanya satu bulan sebelum Idulfitri. Penjualan membaik mendekati akhir tahun. Namun, saat libur panjang, penjualan menurun drastis. Karena fokus orang pada liburan dan persiapan masuk sekolah.

Ada beberapa pameran yang digelar secara rutin, termasuk oleh Gaikindo. Berapa besar peningkatan penjualan di musim pameran?

Pameran itu amat merangsang masyarakat untuk belanja mobil. Karena saat itu banyak program promo, satu dari pabrikan dan kedua dari perusahaan leasing. Karena itu, kami menyambut baik pameran otomotif karena meningkatkan penjualan. Gaikindo punya pameran juga namanya GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show). Untuk tahun 2025, kita akan laksanakan di lima kota besar di Indonesia. Yaitu Jakarta/Tangerang, Semarang, Surabaya, Bandung, Makassar. Yang paling besar di Jakarta, pameran otomotif terbesar kedua di luar China. Arenanya 120.000m2 untuk pameran ini. Dan yang ikut pabrikan dari China, Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa semua kumpul.

Bagaimana persiapan GIIAS 2025?

Kami terus melakukan persiapan untuk GIIAS 2025. Insya Allah untuk GIIAS 2025 di Jakarta di ICE BSD City pada 23 Juli–3 Agustus 2025, lanjut ke Surabaya: 27–31 Agustus 2025 di Grand City Convex, Surabaya. Lalu GIIAS Semarang: 24–28 September 2025 di Muladi Dome, Semarang. Kemudian GIIAS Bandung: 1–5 Oktober 2025 di Sudirman Grand Ballroom, Bandung dan terakhir GIIAS Makassar: 5–9 November 2025 di Summarecon Mutiara Makassar, Makassar.

Semoga lancar persiapan GIIAS 2025

Mohon doa semoga lancar dan terima kasih atas dukungannya.

 

 

 

Wisata Kuliner Sehat Ala Yohannes Nangoi

Di luar kesibukan sebagai profesional dan Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi gemar berburu kuliner. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Di luar kesibukan sebagai profesional dan Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi gemar berburu kuliner. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Di komunitas otomotif tanah air, sosok Yohannes Nangoi amat populer. Dan di dunia otomotif inilah karier Yohannes Nangoi berkembang, bahkan ia menjadi Ketua Umum Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia). Di luar kesibukan sebagai profesional dan menangani organisasi, ia gemar wisata kuliner. Ada kiat yang ia lakukan agar tetap sehat meski gemar berburu kuliner.

Dalam urusan kuliner, pria berdarah Manado namun lahir di Jawa Tengah ini amat terpengaruh oleh lingkungan tempat dia lahir dan besar. “Makanan favorit saya itu yang berasal dari Jawa, khususnya Jawa Tengah. Saya suka sekali dengan nasi soto, nasi pindang, yang banyak ditemukan di Semarang. Lalu gudeg, nasi ayam, dan sebagainya,” ungkap kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah, 13 November 1957.

Meski kini tinggal di Jakarta, menurut Nangoi, ia sama sekali tak kesulitan menemukan makanan kesukaannya. Karena banyak sekali warung makan yang menyuguhkan makanan kesukaannya. Dan ia rajin mencoba saat ada restoran baru buka di seputar Jakarta yang menyuguhkan menu khas Jawa Tengah.

Jelajah Kuliner Nusantara

Tak hanya kuliner Nusantara, Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi juga gemar berburu kuliner mancanegara. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Tak hanya kuliner Nusantara, Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi juga gemar berburu kuliner mancanegara. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Bagaimana dengan makanan khas daerah lain? “Kalau ada kesempatan ke Medan, Palembang, Manado, dan kota-kota lainnya seantero Indonesia, saya akan manfaatkan waktu cari kuliner lokal. Kata orang, wisata kuliner,” kata pria yang punya prinsip kerja keras dan harus menikmati proses perjalanan karier, setahap demi setahap.

Ada tips yang dilakoninya agar bisa menjaga berat badan meski hobi wisata kuliner. “Sebenarnya ini berat, tapi demi menjaga kesehatan dan berat badan agar tak berlebihan, saya menjalankan intermittent fasting. Berhenti makan selama 16 jam, lalu kembali makan dengan durasi 8 jam. Kalau tak ada acara, saya berhenti makan jam 5 sore dan makan lagi jam 9 pagi,” ujar Yohannes Nangoi, alumni Teknik Sipil, Universitas Parahyangan, Bandung (1982)

Bagaimana kalau ada dinner untuk menjamu relasi? “Kalau ada acara seperti ini, usai acara saya akan berhenti makan dan makan kembali 16 jam kemudian. Jadi waktunya bisa disesuaikan,” dia mendapatkan tips diet ini dari teman yang sudah mempraktikkan.

Apakah ada pantangan untuk makanan tertentu? “Sampai saat ini tak ada yang saya pantang. Cuma memang ada yang saya kurangi porsi makannya, seperti makanan yang terlalu manis, dan makanan yang terlalu asin,” ujar Nangoi yang tak terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, ia memperbanyak porsi protein dan sayuran.

 

Berburu Kuliner Mancanegara

Agar bisa tetap sehat meski gemar wisata kuliner Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi menerapkan intermittent fasting. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Agar bisa tetap sehat meski gemar wisata kuliner Ketum Gaikindo Yohannes Nangoi menerapkan intermittent fasting. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada – VOI)

Bukan hanya kuliner dalam negeri, kuliner mancanegara pun juga jadi buruan Yohannes Nangoi. “Bagi saya ada lima negara yang punya makanan terenak di dunia di luar Indonesia. Yaitu Jepang, Italia, Spanyol, China, dan Prancis. Ini versi saya lho, orang lain bisa berbeda,” kata mantan Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) ini. Kini dia dipercaya menjadi komisaris di perusahaan yang sama.

Bisa dirinci masakan lima negara itu apa saja yang paling enak? “Jepang dari yang paling utara hingga selatan punya ciri khas. Seafood dan beef-nya yang paling enak. Kalau Italia, pasta dan kejunya yang luar biasa. Spanyol yang juara seafood-nya. Untuk Prancis, makanannya bervariasi dan lebih creamy. Dan untuk China itu komplet, tergantung wilayahnya. Bagian selatan seafood-nya enak. Yang saya kurang suka makanan Sichuan karena terlalu pedas, hehehe,” papar Nangoi yang mensyukuri apa yang diraihnya kini.

Di usia sekarang, diakui Yohannes Nangoi, dia tak punya cita-cita lagi. “Buat saya saat ini yang prioritas sehat badan. Lalu punya uang untuk makan dan kumpul bersama teman-teman. Dan terakhir keluarga yang sehat dan bahagia. Hidup saya selain kerja untuk jalan-jalan dan wisata kuliner,” pungkasnya ayah dua anak dan kakek dua cucu ini.

 

"Intinya kita menginginkan Indonesia ini menjadi basis produksi otomotif, kita jangan hanya dijadikan pasar otomotif saja. Sehingga industri ini bisa berdampak, menyerap tenaga kerja, dan menggunakan semua bahan dari Indonesia. Dan ujung-ujungnya bisa ekspor otomotif agar devisa masuk,"

Yohannes Nangoi