Banyak faedah yang bisa dipetik dari menjalankan puasa, termasuk puasa Ramadan. Menurut Pimpinan Ponpes Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Nuu Waar, Ustaz Fadzlan Garamatan, dengan berpuasa kita tak hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga sekaligus berlatih berhemat dan melakoni efisiensi dalam hidup.
***
Puasa Ramadan adalah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Dalam Al-Qur'an, perintah puasa ini ditulis dengan tegas dengan tujuan agar kaum Muslimin yang melaksanakannya bisa meningkatkan ketakwaan.
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa," demikian Allah memerintahkan dalam QS. Al-Baqarah: 183.
Kehadiran bulan Ramadan ini disambut dengan sukacita. Di berbagai daerah diadakan acara untuk menyucikan diri dengan mandi di pemandian umum, seperti mandi Balimau di Sumatera Barat. Di wilayah Jawa Barat dan Jakarta, ada tradisi munggahan, yaitu syukuran sebelum datangnya bulan Ramadan. Berbagai ritual lainnya juga menandakan kegembiraan dalam menyambut bulan yang penuh kemuliaan ini.
Dalam momentum Ramadan, dosa-dosa dibakar, dan amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Dalam 10 hari pertama bulan Ramadan, Allah akan menurunkan rahmat-Nya. Lalu, pada 10 malam kedua adalah maghfirah atau ampunan. Sedangkan pada 10 malam ketiga, Allah menurunkan keberkahan, terutama di malam Lailatul Qadar.
Ramadan, lanjut Fadzlan Garamatan yang juga Ketua Asosiasi Lembaga Mualaf Indonesia (Alami), adalah bulan latihan, bulan pendidikan, atau tarbiyah. Dalam bulan ini, kita berlatih berhemat atau efisiensi.
"Ramadan itu bulan efisiensi dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Biasanya kita makan tiga kali sehari, saat Ramadan kita hanya dua kali makan. Berapa banyak yang bisa dihemat dengan pengurangan itu? Jika diakumulasi seluruh rakyat Indonesia, berapa ton beras yang bisa dihemat?" katanya.
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selama latihan sebulan penuh, umat Islam diharapkan menjalankan puasa dengan benar.
"Ramadan adalah kesempatan terbaik untuk melakukan perubahan. Rukun Islam dijalankan, dan itu menyuburkan rukun Iman. Ini akan menjadi energi yang dipacu oleh keimanan. Maka, orang yang ber-puasa, subhanallah, tidak akan pernah gelisah, galau, atau berprasangka buruk. Puasa itu mencerdaskan dan membuat kita berpikir positif," ujarnya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Irfan Meidianto di kantor VOI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat, 28 Februari. Inilah petikan selengkapnya.

Bagaimana seharusnya umat Islam memaknai Ramadan di tengah berbagai cobaan yang melanda bangsa, baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun politik?
Dalam kondisi bangsa dan negara saat ini, kita memasuki bulan Ramadan. Ini adalah bulan terapi bagi rohani dan jasmani kita. Pola pikir, cara pandang, serta perilaku mestinya menjadikan Ramadan sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) yang mampu mengubah energi. Jiwa-jiwa yang kering harus dibuka, dicerdaskan, dan dicerahkan agar mampu melihat permasalahan yang ada bukan sebagai beban besar, tetapi sebagai rahmat yang perlu diselesaikan bersama-sama. Tidak perlu menyalahkan orang lain, yang terpenting adalah duduk bersama untuk mencari solusi bagi aneka persoalan bangsa yang ada.
Apakah ada benang merah antara puasa dengan gerakan efisiensi yang dilakukan pemerintah saat ini?
Ramadan adalah bulan efisiensi dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Jika biasanya kita makan tiga kali sehari, saat Ramadan kita hanya makan dua kali. Berapa banyak yang bisa dihemat dengan pengurangan itu? Jika diakumulasi oleh seluruh rakyat Indonesia, berapa ton beras yang bisa dihemat? Beras yang dihemat itu dapat disalurkan untuk zakat fitrah. Inilah bentuk kepedulian yang bisa kita lakukan. Dengan konsep kesalehan sosial, kita dapat menyantuni mereka yang kekurangan melalui penghematan yang dilakukan. Ini adalah solusi terbaik yang dapat diterapkan. Selama Ramadan, seharusnya kita berlatih berhemat dan menjalankan efisiensi.
Mengapa puasa mendapat perhatian besar dari Allah?
Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa segala amal yang dilakukan anak Adam, seperti salat, haji, dan umrah, adalah untuk mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk Allah. Setelah sebelas bulan berlalu, ada satu bulan di mana Allah meminta orang-orang beriman untuk menjalankan puasa. Saat kita menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa, ada dua manfaat yang diperoleh: rohani kita semakin berkualitas, begitu pula jasmani kita. Dengan demikian, puasa menjadikan jasmani dan rohani lebih sehat karena tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Jadi, apakah menahan haus dan lapar saat berpuasa memberikan banyak faedah?
Faedah berpuasa sangat luar biasa. Bukan hanya perut yang dijaga, tetapi juga lisan, tatapan mata, dan pendengaran. Bahkan, pola pikir kita selama Ramadan menjadi lebih cerdas, tajam, serta mampu menghasilkan perubahan yang membawa rahmat dan manfaat bagi kehidupan.

Awal Ramadan dan awal Idulfitri sering berbeda antara penganut hisab dan rukyah. Bagaimana menyikapi hal ini?
Perbedaan itu adalah rahmat. Kita memiliki landasan masing-masing dalam menentukan awal Ramadan dan Idulfitri. Tidak ada yang salah, baik mereka yang berpatokan pada hisab maupun yang menggunakan metode rukyah. Perbedaan ini seharusnya menjadi pencerahan, bukan dieksploitasi sebagai sumber pertengkaran. Islam tidak menjadikan perbedaan sebagai ukuran, melainkan sebagai rahmat. Dalam menyikapi hal ini, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, kita harus iqra’ (membaca dan memahami) dengan baik dan benar. Baik mereka yang berpegang pada rukyah maupun hisab, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menuju Allah.
Banyak terjadi polarisasi di tengah masyarakat, baik karena politik maupun perbedaan pandangan keagamaan. Bagaimana Ramadan bisa menjadi momentum untuk mempererat persatuan?
Bulan Ramadan adalah momen untuk menjalin hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, antara masyarakat dengan masyarakat, antara pemerintah dengan ulama, serta antara orang kaya dengan orang miskin. Bahkan, juga antara umat Islam dengan umat beragama lain. Ramadan memberikan peluang bagi setiap orang beriman untuk menata jiwanya dan mempererat persatuan.
Apa pesan Anda kepada para pemimpin dan masyarakat agar lebih mengutamakan kebersamaan dibanding perpecahan?
Kepada pemerintah, baik di pusat maupun daerah, jadikan bulan Ramadan sebagai waktu untuk bersilaturahmi. Saat bertemu dengan rakyat, dengarkan keluhan mereka. Dengarkan pula pendapat para pemikir dan intelektual dalam membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Pengambilan keputusan hendaknya tidak hanya berdasarkan masukan dari segelintir orang, tetapi dari berbagai pihak. Dari Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Wali Kota hingga pemerintah di tingkat terbawah, semua harus meningkatkan silaturahmi dan kepedulian terhadap rakyat.
Zakat dan sedekah menjadi amalan penting di bulan Ramadan. Menurut Anda, apakah sudah maksimal dalam memberdayakan umat atau masih ada yang perlu diperbaiki?
Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat. Tujuannya adalah membantu menyejahterakan delapan asnaf yang berhak menerimanya. Dengan kondisi Indonesia saat ini, semakin mudah kita menemukan orang yang masuk dalam kategori penerima zakat, seperti fakir, miskin, dan mereka yang terlilit utang.
Jika dikelola dengan baik melalui lembaga zakat seperti Baznas dan lembaga zakat lainnya, zakat tidak hanya sekadar menjadi bantuan, tetapi juga dapat membantu mustahik (penerima zakat) agar perlahan-lahan mandiri. Dengan demikian, mereka yang sebelumnya menerima zakat, ke depannya bisa menjadi muzaki (pemberi zakat).
BACA JUGA:
Apa saran Anda kepada pemuda yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa?
Pemuda adalah harapan bangsa dalam melanjutkan perjuangan. Pemuda yang mampu mengemban amanah sebagai penerus perjuangan adalah mereka yang berkualitas dalam pola pikir, sikap, dan perilaku. Pemuda seperti ini melihat Ramadan sebagai peluang untuk berbuat yang terbaik.
Mereka harus bersikap dan berperilaku layaknya generasi yang bertanggung jawab, siap menggantikan generasi senior dengan iman dan takwa yang dimiliki. Seperti dalam salat berjemaah, saat imam tiba-tiba batal, harus ada yang siap dan berani maju untuk menggantikannya. Begitu pula dalam kehidupan, pemuda harus siap mengambil peran penting dalam memajukan bangsa.
Bagaimana sikap umat Islam dalam menyikapi tren media sosial yang sering kali membawa narasi negatif atau hoaks terkait agama?
Kita wajib memfilter setiap informasi yang masuk, baik dari media sosial maupun media digital lainnya. Dalam bahasa agama, kita harus tabayyun terlebih dahulu.
Korelasinya dengan puasa, kita diajarkan untuk menahan diri—termasuk dari menyebarkan hoaks atau disinformasi. Jika menemukan berita yang tidak benar, sebaiknya kita luruskan setelah melakukan tabayyun, agar orang lain tidak tersesat oleh informasi yang salah. Jika hoaks dibiarkan, kehidupan masyarakat bisa berantakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu melakukan verifikasi dan tabayyun sebelum menyebarkan informasi.
Apa harapan dan pesan Anda bagi umat Islam di Indonesia agar Ramadan tahun ini bisa menjadi titik balik bagi perbaikan kondisi bangsa?
Ramadan bukan sekadar bulan tarbiyah atau edukasi, tetapi juga momen terbaik untuk melakukan perubahan. Rukun Islam dijalankan dengan baik, sehingga semakin menyuburkan rukun Iman.
Dengan dorongan keimanan yang kuat, orang yang berpuasa akan selalu merasa tenang. Subhanallah, mereka tidak mudah gelisah, galau, atau berprasangka buruk. Puasa juga mencerdaskan, membentuk pola pikir yang lebih positif, dan mengarahkan umat untuk melakukan kebaikan demi perbaikan kondisi bangsa.
Tips Menjaga Kesehatan Ala Ustaz Fadzlan Garamatan

Ustaz Fadzlan Garamatan punya cara untuk membuatbadannya sehat dan bugar; dengan berolahraga. (Foto; Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada VOI)
Di sela-sela kesibukannya sebagai Pimpinan Ponpes Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Nuu Waar, Ustaz Fadzlan Garamatan memiliki olahraga yang menjadi hobinya dan secara rutin dilakukannya, yaitu berenang, berlari, berkuda, dan memanah. Dengan melakoni aktivitas tersebut, tubuh menjadi sehat dan segar. Usai berolahraga, semangat kembali menyala.
“Saya hobinya berenang. Saat penat dan capek dengan beragam aktivitas, saya langsung nyemplung ke kolam renang. Segar dan hilang penat kalau sudah berenang,” katanya. Setiap sekali berenang, dia bisa menempuh jarak hingga 2.000 meter.
Untuk berenang, dia memiliki beberapa tempat pilihan. “Saya menyesuaikan saja, di mana tempat terdekat dari aktivitas saya, di sanalah saya akan berenang. Kalau sedang di Jakarta Pusat, saya mencari kolam renang yang terdekat. Begitu juga saat berada di daerah Jakarta Selatan, biasanya saya akan mampir ke kolam renang di Cilandak. Di area Bumi Perkemahan Cibubur juga ada salah satu kolam renang yang bisa saya manfaatkan, dan tak jauh dari Pondok Pesantren juga ada kolam renang yang bisa digunakan,” katanya.
Selain berenang, berkuda dan memanah juga kerap dilakoninya. “Hobi lainnya berkuda dan lari. Meski sekarang sudah tidak rutin, dulu sejak kecil di Papua saya sering memanah. Insya Allah untuk urusan memanah, saya tidak akan salah sasaran,” kata ustaz yang memimpin Pondok Pesantren AFKN Nuu Waar di Taman Sari, Kec. Setu, Kabupaten Bekasi.
Tak hanya untuk diri sendiri, dia juga mengajarkan santrinya yang punya ketertarikan pada kegiatan memanah dan berkuda. “Saat mereka latihan, saya ikut serta. Saya mengawali mereka berlatih, selanjutnya latihan dipandu oleh guru-guru yang sudah mahir memanah dan berkuda,” ujarnya.
Kuliner Sehat

Untuk meningkatkan stamina kata Ustaz Fadzlan Garamatan bisa dengan asupan makanan. (Foto; Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada VOI)
Selain olahraga, Ustaz Fadzlan Garamatan juga hobi memasak. Apa saja yang sering dia masak? “Paling sering memasak makanan laut, terutama ikan. Seperti ikan masak kuah kuning, ikan kuah asam, ikan bakar, dan lain-lain. Dan yang tak lupa, bakar batu, yaitu memasak makanan khas Papua dengan menggunakan batu-batu,” katanya.
“Kalau teman-teman dari VOI ingin mencicipi masakan saya, ayo! Tapi tunggu setelah Lebaran ya, hehehe,” ia menawarkan.
Ada satu masakan yang berkhasiat untuk meningkatkan stamina pria. “Buah tomat isinya dikeluarkan, lalu diisi dengan daging ikan. Isi buah tomat yang tadi dikeluarkan dimasukkan ke dalam perut ikan, lalu dibakar. Rasanya enak dan khasiatnya untuk menambah stamina pria,” ungkapnya.
Untuk orang yang sakit jantung, dia memiliki resep sup tripang. “Tripang atau gamat memang sudah banyak digunakan untuk pengobatan. Biasanya digunakan sebagai minuman setelah melalui proses tertentu. Kalau saya, tripang dimasak menjadi sup lalu disajikan sebagai hidangan. Khasiatnya sama, yaitu membantu orang yang sakit jantung,” katanya.
“Selain dimasak sup, tripang juga bisa dimakan mentah. Tripang diberi asam, lalu diramu dengan bumbu-bumbu. Kata orang Fakfak, kalau sudah makan makanan itu rasanya telinganya hilang sebelah, hehehe,” katanya sambil tertawa.
Ada lagi masakan berkhasiat untuk stamina pria yang sering dia masak. “Rumput laut disangrai dengan kelapa parut, lalu ditambah dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih, bawang merah, dan kemiri. Khasiatnya untuk meningkatkan stamina pria,” ujarnya.
Dengan mengonsumsi makanan yang sehat, lanjut dia, kita bisa menambah stamina dengan cara alami. “Ingin stamina bagus tak perlu konsumsi obat-obatan, cukup dengan makan yang benar dan disertai olahraga,” lanjutnya.
Dukungan Keluarga

Ustaz Fadzlan Garamatan tak pelit berbagi resep yang bisa meningkatkan stamina pria. (Foto; Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada VOI)
Dia bersyukur istri, anak-anak, dan keluarga besarnya memberikan dukungan atas aktivitasnya. “Alhamdulillah, anak-anak dan istri mendukung apa yang saya lakukan. Soalnya dampaknya besar bagi masyarakat. Jadi saya senang melaksanakan semua ini,” katanya.
Melalui lembaga pendidikan dan lembaga dakwah yang dijalankannya, sudah banyak orang yang dibantu saat hendak bersyahadat. “Alhamdulillah, atas kuasa Allah SWT, kami diberi kekuatan untuk mendapatkan rahmat dari Allah. Menurut saya, menyebut jumlah itu membuat kita malu. Karena apa yang kita perbuat tak lebih banyak dari rezeki yang Allah berikan. Semoga kami tetap bisa istiqomah dengan apa yang dilakukan,” ujarnya.
Mereka yang sudah dibantu untuk bersyahadat disekolahkan hingga akhirnya mandiri. “Mereka kami bantu sampai mandiri dan berdaya, menjadi muslim yang kaffah dalam kehidupan dan ibadahnya, serta kaffah dalam kesalehan sosial di mana pun mereka berada,” tandas Ustaz Fadzlan Garamatan.
"Ramadan itu bulan efisiensi dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Biasanya kita makan tiga kali sehari, saat Ramadan kita hanya dua kali makan. Berapa banyak yang bisa dihemat dengan pengurangan itu? Beras yang dihemat bisa disalurkan untuk zakat fitrah. Inilah bentuk kepedulian yang bisa dilakukan. Dengan konsep kesalehan sosial, kita bisa menyantuni mereka yang kekurangan. Selama Ramadan ini, mestinya kita berlatih berhemat dan menjalankan efisiensi,"