Bagikan:

JAKARTA - Gangguan pencernaan pada anak ternyata bukan sekadar urusan fisik seperti perut kembung atau sembelit. Kondisi ini juga bisa berdampak pada aspek psikologis dan perilaku anak, seperti mudah marah, sulit fokus, atau enggan bersosialisasi.

Penelitian terkini menunjukkan saluran cerna memainkan peran penting dalam mengatur suasana hati dan respons emosi anak.

Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), Dokter Spesialis Anak sekaligus ahli Gastro Hepatologi lulusan Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa perilaku anak yang negatif tidak selalu disebabkan oleh pola pengasuhan orangtua. Menurutnya, kondisi sistem pencernaan memiliki pengaruh besar terhadap mood dan interaksi sosial anak.

“Selama ini kalau anak mudah marah atau sulit diatur, orang cenderung langsung menyalahkan orang tua. Padahal, banyak yang tidak menyadari bahwa kondisi saluran cerna sangat berpengaruh terhadap suasana hati dan perilaku anak,” jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, baru-baru ini.

Ariani menekankan mood yang stabil sangat penting untuk membantu anak bersikap kooperatif dan aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ketika pencernaan terganggu, anak bisa menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, atau bahkan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

Salah satu konsep yang ia soroti adalah gut-brain axis, yakni koneksi antara sistem pencernaan dan otak. Saluran cerna sering disebut sebagai “otak kedua” karena kemampuannya memengaruhi fungsi otak, termasuk regulasi emosi dan perilaku.

“Gut-brain axis ini adalah jalur komunikasi antara usus dan otak. Di dalam usus kita ada jutaan mikroorganisme, termasuk bakteri baik, yang memengaruhi keseimbangan sistem tubuh, termasuk emosi,” terang Ariani.

Sayangnya, pola makan anak-anak saat ini yang cenderung mengonsumsi makanan olahan berlebihan seperti mi instan, makanan cepat saji, atau gorengan, bisa merusak keseimbangan mikrobiota usus tersebut. Ketika bakteri baik dalam usus berkurang, bukan hanya kesehatan pencernaan yang terganggu, tetapi juga stabilitas emosi.

Ia menambahkan menjaga kesehatan pencernaan anak sangat bergantung pada asupan nutrisi yang diberikan. Makanan bergizi seimbang, kaya serat, serta rendah gula dan lemak trans menjadi kunci utama untuk mendukung perkembangan perilaku anak yang sehat.

“Kalau pencernaannya sehat, bakteri baik bisa berkembang optimal. Tapi kalau anak kurang gizi atau makanannya tidak seimbang, maka saluran cerna terganggu dan akhirnya memengaruhi perilaku mereka juga,” pungkasnya.