Bagikan:

YOGYAKARTA – Kepercayaan diri berkorelasi dengan kesejahteraan yang lebih tinggi. Kepercayaan diri juga sebagai landasan dalam membangun hubungan interpersonal yang baik. Karena pentingnya kepercayaan diri, penting mengenali hal-hal yang melemahkan. Termasuk di antaranya persepsi diri yang negatif, harapan orang tua, tekanan teman sebaya, dan/atau penolakan dari teman atau orang yang dicintai. Hubungan yang menantang serta trauma dan kesepian juga mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Belum lagi faktor yang lebih besar, kondisi sosial dan budaya di sekitar.

Tidak hanya anak-anak yang merasa perlu latihan dalam membangun kepercayaan diri. Orang dewasa pun, juga sering memiliki kepercayaan diri rendah. Selain faktor yang disebutkan di atas yang bisa melemahkan kepercayaan diri, asumsi keliru untuk membatasi kemampuan kita dalam mengembangkan kepercayaan diri, fleksibilitas psikologis, rasa ingin tahu, dan pengambilan keputusan. Psikoterapis Michele P. Maidenberg, Ph.D., MPH., LSCW-R, CGP., menjelaskan asumsi berikut ini yang bikin kepercayaan diri enggak tumbuh.

1. Menghindari ketidaknyamanan emosional dan fisiologis

Ketidaknyamanan emosional dan psikologis memang menantang bagi pikiran dan perasaan. Tetapi itu tidak boleh dihindari, karena banyak hal yang layak dipelajari dari momen menantang emosional dan fisiologis. Dengan menutup diri terhadap rasa tidak nyaman, kita justru enggak selaras dengan hal-hal yang harusnya dipahami. Dengan memahami lebih baik, kita akan fokus pada pertumbuhan dan peningkatan diri.

asumsi yang bikin kepercayaan diri enggak tumbuh
Ilustrasi asumsi yang bikin kepercayaan diri enggak tumbuh (Freepik)

2. Pikiran dan perasaan harus divalidasi

Pikiran dan perasaan sering kali merupakan manifestasi dari ketakutan, pengalaman tertentu, bagaimana Anda bersosialisasi dan berakulturasi, dan lainnya. Menguji realitas itu penting, tetapi mencari validasi bisa jadi justru mengabaikan realitas. Itulah kenapa pikiran dan perasaan perlu ditempatkan sebagaimana mestinya untuk mempraktikkan penerimaan dan memecahkan masalah secara efektif.

3. Orang lain lebih baik dari saya

Berasumsi bahwa orang lain lebih baik dari kita, akan membuat kita terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. Perbandingan biasanya dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan melunaskan tanggung jawab. Tetapi seringnya, berakhir  kontraproduktif dan merasa putus asa. Perlu dipahami, jelas Maidenberg dilansir Psychology Today, Rabu, 22 Januari, membandingkan cenderung akan merendahkan diri sendiri.

asumsi yang bikin kepercayaan diri enggak tumbuh
Ilustrasi asumsi yang bikin kepercayaan diri enggak tumbuh (Freepik)

4. Seharusnya tidak pernah salah dan sempurna

Secara alami manusia tidak sempurna. Ketika mengkritik diri karena melakukan kesalahan atau mengerjakan sesuatu dengan tidak sempurna, membuat kita melupakan pelajaran yang seharusnya kita pelajari. Maka menghargai pencapaian dan melenturkan kapasitas adalah cara terbaik untuk menyesuaikan diri.

5. Semua seharusnya menganggap saya menyenangkan

Sebagai orang dewasa, kita memiliki kemampuan dalam bersikap selektif dan memiliki preferensi. Penolakan adalah harga yang harus dibayar ketika menjalin hubungan. Risikonya sepadan dengan kegembiraan. Maka enggak apa-apa kalau ada orang yang menganggap Anda bukan orang menyenangkan.

6. Jika ada kesalahan, selalu ada orang yang harus disalahkan

Kita cenderung menyalahkan dan mempermalukan diri sendiri untuk memahami apa yang terjadi. Ketika Anda melakukan ini, Anda kehilangan eksempatan untuk memahami dinamika yang mungkin terjadi dan memahami diri sendiri.

7. Harus siap dengan skenario terburuk

Ketika terus-menerus khawatir, mengatisipasi, dan tergesa-gesa mengambil Kesimpulan, berarti Anda tidak memberi ruang untuk membangun kepercayaan diri dan menempa diri untuk lebih tangguh. Menurut Meidenberg, semakin Anda percaya diri maka semakin  besar Anda mengambil risiko, menantang diri sendiri dalam menghadapi kesulitan, dan menyadari pentingnya bersyukur atas pencapaian diri.

8. Harus memikirkan orang lain sebelum diri sendiri

Untuk menghindari perilaku egois, banyak orang berasumsi harus memikirkan roang lain sebelum diri sendiri. Memikirkan diri sendiri, diperlukan. Jadi tak apa-apa menetapkan batasan, mengungkapkan kebutuhan, dan tegas pada diri dalam disiplin pada batas.

9. Menghindari konflik

Mengatasi konflik dapat menumbuhkan pemahaman yang lebih baik dan hubungan yang lebih dalam dalam hubungan. Saat mengatasi konflik, ada tujuan untuk mempelajari sesuatu tentang diri Anda, mempelajari sesuatu tentang orang lain, dan mempelajari sesuatu tentang hubungan yang dapat membantu dalam melangkah maju menuju masa depan. Maka, menghindari konflik membuat diri tidak berkembang.

Di atas adalah asumsi yang bisa melemahkan kepercayaan diri dan pertumbuhan diri menjadi lebih baik. Jadi, asumsi apa yang sering terlintas dalam diri Anda?