17 Januari dalam Sejarah: Operasi Badai Gurun Meratakan Pasukan Irak
Pesawat tempur Amerika Serikat melewati kilang minyak yang terbakar (Wikimediacommons)

Bagikan:

JAKARTA - 17 Januari 1991, atau tepat pada hari ini tiga dekade lalu, Sekutu Perang Teluk mengirim ratusan pesawat untuk meratakan pasukan Irak yang tengah menginvasi Kuwait. Serangan yang melumpuhkan militer Irak ini disebut dengan Operasi Badai Gurun.

Seperti dikutip BBC, pesawat Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Saudi dan Kuwait lepas landas menuju Kuwait pada tengah malam. Bom mereka ditujukan ke sasaran militer dan lokasi-lokasi strategis termasuk kilang minyak dan bandara Baghdad. 

Serangan ini juga merupakan kesempatan bagi AS untuk mencoba senjata-senjata terbarunya. Pesawat-pesawat AS dengan teknologi teranyar keluar. Di antaranya, F117, F15, F15e, A10, B-52, dan masih banyak lagi.

Total penerbangan yang dilakukan AS mencapai 65 ribu kali. Bukan cuma melucuti potensi militer Irak, pasukan AS juga berhasil merontokkan pasukan udara negara yang sangat bergantung pada ekspor minyak tersebut. 

Mendorong Saddam Hussein

Menteri Pertahanan AS, Dick Cheney, mengatakan operasi itu tampaknya berjalan sangat baik. Dua jam setelah serangan dimulai, Presiden AS saat itu, George W. Bush menyampaikan pidatonya di televisi.

Dia mengatakan tujuan militer sudah jelas: memaksa pasukan Irak keluar dari Kuwait dan memulihkan pemerintahan yang sah. Bush juga mengatakan serangan itu bertujuan untuk melindungi negara koalisi dari militer yang dipimpin Saddam Hussein. 

"Operasi kami dirancang untuk melindungi kehidupan semua pasukan koalisi dengan menargetkan persenjataan militer Saddam yang luas. Laporan awal dari Jenderal Schwarzkopf adalah bahwa operasi kami berjalan sesuai rencana," ujar Bush.

Sementara di Baghdad, Saddam Husein tetap menentang seraya berkata: "Ibu dari semua pertempuran telah dimulai." Hussein mendesak rakyat Irak untuk angkat senjata melawan kejahatan.

Berita pertama pemboman datang dari wartawan CNN di Baghdad. Menurut laporan mereka, terdengar suara sirine tanda ada serangan udara sebelum akhirnya sebuah bom meledak.

Perdana Menteri Inggris, John Mayor, turut berkomentar terkait operasi tersebut. "Tidak ada yang menginginkan konflik ini. Tidak ada yang senang dengan fakta bahwa konflik ini diperlukan," katanya.

Namun ia mengatakan bahwa masalah yang diperbuat Irak harus cepat diselesaikan. "Dia (Saddam Hussein) harus keluar dari Kuwait dan mengakhiri masalah ini dengan cepat dan tegas," pungkasnya.