Partager:

YOGYAKARTA - Penyakit tiroid adalah kondisi yang muncul akibat gangguan pada kelenjar tiroid, yang terletak di bagian depan leher. Kelenjar ini berfungsi memproduksi hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar ini dapat menyebabkan perubahan bentuk atau fungsi, yang mengakibatkan produksi hormon tiroid menjadi terlalu tinggi atau rendah.

Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit, seperti hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid) dan hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid), serta gangguan lainnya seperti gondok, nodul tiroid, atau bahkan kanker tiroid. Gejala penyakit tiroid bervariasi, tergantung pada jenis dan tingkat gangguan yang dialami.

Bagaimana Cara Melakukan Skrining Penyakit Tiroid?

Skrining penyakit tiroid bertujuan untuk mengevaluasi kondisi kelenjar tiroid dan memastikan diagnosis yang tepat. Saat seseorang mengalami gejala yang menunjukkan adanya masalah pada kelenjar tiroid, seperti benjolan di leher, kelelahan, penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis, atau perubahan suhu tubuh yang ekstrem, skrining perlu dilakukan. Diagnosis yang tepat penting untuk menentukan perawatan yang sesuai dan mencegah komplikasi.

Berikut adalah beberapa metode yang umumnya digunakan untuk melakukan skrining penyakit tiroid:

1. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Proses skrining dimulai dengan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien. Dokter akan menanyakan gejala yang dialami dan mencari tahu apakah ada faktor risiko yang mungkin, seperti riwayat penyakit keluarga atau kondisi autoimun. Pemeriksaan fisik berfokus pada area leher untuk mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan yang mengindikasikan gangguan pada kelenjar tiroid.

2. Tes Darah

Salah satu cara paling umum untuk mendeteksi gangguan tiroid adalah melalui tes darah. Tes ini mengukur kadar hormon tiroid, terutama TSH (thyroid-stimulating hormone), yang diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk mengatur fungsi tiroid. Kadar TSH yang abnormal bisa menandakan terdapatnya hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

Selain itu, tes darah dapat mengukur kadar T3 dan T4, yaitu hormon tiroid utama yang diproduksi oleh kelenjar tiroid. Tes ini membantu memastikan apakah kelenjar tiroid berfungsi secara normal atau mengalami gangguan.

3. Pemindaian Kelenjar Tiroid

Pemindaian tiroid menggunakan teknik pencitraan seperti ultrasonografi (USG) atau pemindaian nuklir. USG dapat menunjukkan ukuran dan struktur kelenjar tiroid, serta mendeteksi adanya benjolan atau nodul. Sementara itu, pemindaian nuklir menggunakan zat radioaktif untuk memvisualisasikan aktivitas kelenjar tiroid, membantu dokter memahami apakah tiroid bekerja terlalu aktif atau kurang aktif.

4. Biopsi Tiroid

Jika ditemukan benjolan atau nodul yang mencurigakan, biopsi mungkin diperlukan untuk menilai apakah ada risiko kanker tiroid. Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan tiroid dan kemudian dianalisis di laboratorium. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan diagnosis yang akurat dan menilai kemungkinan adanya sel kanker.

Faktor Risiko Penyakit Tiroid

Orang dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan tiroid sebaiknya waspada dan melakukan skrining secara rutin, karena faktor genetik dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini. Selain faktor keturunan, kekurangan yodium juga bisa menjadi penyebab gangguan tiroid, terutama gondok. Yodium merupakan mineral penting yang diperlukan oleh kelenjar tiroid guna memproduksi hormon. Ketidakseimbangan kadar yodium dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan fungsi tiroid.

Penyakit autoimun, seperti penyakit Hashimoto atau penyakit Graves, juga merupakan faktor risiko gangguan tiroid. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, yang menyebabkan perubahan produksi hormon. Selain itu, gangguan pada kelenjar pituitari atau hipofisis yang berperan dalam mengatur fungsi tiroid juga dapat menyebabkan masalah pada kelenjar ini.

Pentingnya Skrining Penyakit Tiroid Secara Teratur

Dengan memahami bagaimana cara melakukan skrining penyakit tiroid, kita dapat mencegah komplikasi lebih lanjut. Skrining berkala sangat dianjurkan bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi, seperti riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau gejala yang menunjukkan adanya gangguan hormon. Deteksi dini memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dan meminimalkan risiko komplikasi.

Melalui tes darah, pemindaian, dan biopsi, kondisi kelenjar tiroid dapat dievaluasi secara mendalam. Ini membantu dokter dalam merencanakan perawatan yang tepat, apakah dengan obat-obatan, terapi hormon, atau prosedur lain yang mungkin diperlukan.

Selain itu kalian juga perlu tahu terkait 12 Faktor yang Dianjurkan Melakukan Skrining Diabetes Untuk Antisipasi Lebih Awal

Jadi setelah mengetahui bagaimana cara melakukan skrining penyakit tiroid, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)