JAKARTA – Mantan atlet tenis meja Indonesia, Ling Ling Agustin, sangat optimistis benang kusut dalam tubuh cabang olahraga (cabor) tenis meja akibat dualisme federasi akan segera terurai.
Masalah dualisme tenis meja saat ini tengah berusaha diperbaiki oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Rencananya akan ada federasi baru untuk menaungi cabor tersebut.
Ling Ling berharap tidak ada manuver-manuver dari pihak tertentu lagi yang akan mengganggu proses yang sedang dijalankan tersebut sehingga persoalan ini pun segera selesai.
"Kemenpora lagi membereskan. Kalau sudah percaya sama Menpora, jangan mulai-mulai bikin manuver yang bukan-bukan, baik dari klub maupun dari Pengprov (Pengurus Provinsi). Sudah diam saja, nanti juga pasti dibereskan," kata dia.
VOIR éGALEMENT:
Dualisme Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) sudah mencuat ke permukaan sejak 2011. Masalah ini menimbulkan dampak negatif terhadap pembinaan dan prestasi atlet.
Dua kubu yang ada saat ini ialah Pengurus Besar PTMSI yang dipimpin oleh Ketua Umum Peter Layardi Lay dan Pengurus Pusat PTMSI yang sekarang dikendalikan oleh Komjen Pol. (Purn) Oegroseno.
Ling Ling mengatakan jika induk organisasi berjalan dengan normal maka Indonesia sangat bisa bersaing di level internasional terutama di Asia Tenggara.
"Saya optimistis. Kemarin, kalau kita kirim ke SEA Games (Kamboja 2023), kita bisa mengambil dua emas di ganda putri dan putra. Kalau bicara single belum, tetapi beregu masih berani. Ganda kita bagus," ujar dia.
Tenis meja Indonesia sudah absen di ajang SEA Games dalam empat edisi karena permasalahan ini. Selain tahun 2023, Indonesia juga tidak mengirim atlet pada edisi 2017, 2019, dan 2021.
Selain di level Asia Tenggara, dualisme juga menyebabkan tenis meja sempat absen di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020. Cabor itu kemudian kembali ke PON 2024 di Aceh dan Sumatera Utara.
Rencananya, cabor tenis meja Indonesia akan diupayakan tampil di SEA Games 2025 yang akan berlangsung di tiga kota besar Thailand pada 7-19 Desember 2025.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)