Agensi Shin Tae-yong Gunakan Artis Korea Minta Dukungan agar Bertahan di Timnas Indonesia
JAKARTA - Perhelatan Piala AFF 2024 (ASEAN Championship) yang meninggalkan jejak kegagalan Timnas Indonesia lolos ke fase gugur usai dikalahkan Filipina 0-1 di laga terakhir Grup B, Sabtu, 21 Desember 2024, semakin memanaskan kursi Shin Tae-yong.
Tak sedikit kampanye yang mendesak pelatih asal Korea Selatan itu untuk mundur dari jabatannya sebagai pelatih kepala Skuad Garuda.
Dalam posisi yang tidak menguntungkan itu, agensi Shin Tae-yong menggunakan segala cara agar pelatih berusia 54 tahun itu tetap melatih Timnas Indonesia.
Salah satunya, mengajak Choi Hyun-suk, penyanyi utama grup Treasure, yang berada di bawah YG Entertainment agar memberikan dukungan kepada Shin Tae-yong.
Berbekal status Choi Hyun-suk yang memiliki 91 ribu followers, dan punya banyak penggemar di Indonesia, dipastikan agensi Shin Tae-yong membabi-buta ingin membangun terus citra positif sang pelatih.
Cara itu sekaligus mengurangi tekanan akibat cara melatihnya yang dinilai banyak pihak tidak lagi efektif dan produktif bagi Timnas Indonesia.
Apalagi, keberadaan YG Entertainment sebagai agensi hiburan multinasional Korea Selatan yang mengontrak artis-artis ternama, seperti Eun Ji-won, 2NE1, Akdong Musician, Winner, dan Blackpink.
Dalam postingan terbaru di Instagram @choihyunsuk.id, rapper sekaligus dancer itu mengatakan terang-terangan meminta mendukung Shin Tae-yong.
"Buat teume (temen) yang ada di Indonesia, tolong dukung coach Shin Tae-yong banyak-banyak. Aku juga bakalan berdoa buat atlet sepak bola indonesia yang di bawah pelatihan coach Shin Tae-yong," ujarnya.
Apa yang dilakukan agensi Shin Tae-yong tersebut bukan hal baru. Berulang kali, ketika sang pelatih dalam posisi terdesak dan dikritik karena kegagalan meramu taktik dan strategi, para buzzer yang dibina agensi tersebut langsung beraksi.
Agensi Shin Tae-yong tersebut memanfaatkan "demam Korea" yang ada pada masyarakat Indonesia, terutama pencinta sepak bola nasional, agar terus mendukung sang juru taktik.
Cela Shin Tae-yong sudah mulai kelihatan. Sistemn yang diterapkan kepada para pemain Timnas Indonesia yang banyak bermain di liga-liga Eropa digabung pemain top liga domestik sudah mulai tak efektif.
Selain itu, dia tidak konsisten dalam menyusun starting eleven Timnas Indonesia. Bahkan, soal target pun demikian.
Terbaru, dalam jumpa media setelah pertandingan Indonesia vs Filpina di Stadion Manahan, Solo, Shin Tae-yong menyatakan jika dirinya membawa pemain senior alias full team ke Piala AFF 2024, maka hasil juara pasti diraih.
Pernyataan itu jelas menimbulkan pertanyaan besar soal kualitas Shin Tae-yong. Dia terlihat plin-plan.
Padahal, dia punya wewenang absolut untuk memilih pemain muda yang menurutnya terbaik menjadi pelapis alias generasi Timnas Indonesia berikutnya.
Niat awal membawa tim muda ke Piala AFF 2024 untuk membangun tim yang dipersiapkan buat turnamen berikut, seperti SEA Games 2025, pun dikesampingkan.
Shin Tae-yong seperti bergantung penuh kepada pemain-pemain senior yang memang punya kualitas teknis.
Artinya, dengan kata lain, kualitas Shin Tae-yong untuk membangun tim tangguh diragukan.
Selama Piala AFF 2024, Timnas Indonesia tidak pernah menang bermain di kandang sendiri. Skuad Garuda hanya mampu bermain imbang 3-3 melawan Laos dan kalah 0-1 dari Filipina.
Catatan itu jelas mencoreng rekor pertemuan Timnas Indonesia, khususnya berhadapan dengan Filipina. Azkals untuk kali pertama sejak 1958 meraih kemenangan di kandang Skuad Garuda.
Buntut kegagalan di Piala AFF 2024, kini peringkat Indonesia di FIFA kembali turun.
Bahkan, bila ditarik lebih jauh ke belakang. Timnas Indonesia tak pernah berhasil di bawah asuhan Shin Tae-yong pada Piala AFF.
Sudah tiga kali Shin Tae-yong menukangi Timnas Indonesia di turnamen sepak bola Asia Tenggara tersebut, hasilnya terus menurun.
Timnas Indonesia menjadi runner-up pada edisi 2020, lalu semifinal pada 2022, dan tahun 2024 mentok di fase grup.
Atas alasan itu, sudah saatnya PSSI melakukan evaluasi total terhadap Shin Tae-yong. Jika sang nakhoda tidak lagi istimewa dan hanya mengandalkan propaganda agensinya untuk menggalang dukungan melalui sosial media agar mendapat simpati dari pencinta sepak bola Indonesia tanpa prestasi, maka ini waktunya Timnas Indonesia harus punya pelatih baru.