Ilya Sutskever: Kemampuan Berpikir AI Akan Membuatnya Kurang Bisa Diprediksi
JAKARTA – Mantan Kepala Ilmuwan OpenAI, Ilya Sutskever, yang merupakan salah satu nama besar dalam bidang kecerdasan buatan, memberikan prediksinya pada Jumat 13 Desember bahwa kemampuan berpikir (reasoning) akan membuat teknologi AI jauh lebih sulit diprediksi.
Saat menerima penghargaan "Test of Time" untuk makalahnya pada tahun 2014 bersama Oriol Vinyals dan Quoc Le dari Google, Sutskever mengatakan bahwa perubahan besar ada di depan mata AI. Gagasan yang telah dijelajahi timnya satu dekade lalu, bahwa memperbesar data untuk "pra-latihan" sistem AI akan membawa mereka ke level baru, kini mulai mencapai batasnya. Lebih banyak data dan kekuatan komputasi telah menghasilkan ChatGPT yang diluncurkan OpenAI pada tahun 2022 dan mendapatkan pujian dunia.
"Tapi pra-latihan seperti yang kita kenal akan berakhir," ujar Sutskever di hadapan ribuan peserta konferensi NeurIPS di Vancouver. "Sementara kapasitas komputasi terus bertambah," lanjutnya, "data tidak bertambah karena kita hanya memiliki satu internet."
Sutskever menawarkan beberapa cara untuk mendorong batas meskipun ada dilema ini. Dia mengatakan teknologi itu sendiri dapat menghasilkan data baru, atau model AI bisa mengevaluasi berbagai jawaban sebelum menetapkan respon terbaik bagi pengguna untuk meningkatkan akurasi. Para ilmuwan lain juga memusatkan perhatian pada data dunia nyata.
Namun, ceramahnya berujung pada prediksi tentang masa depan mesin superintelligent yang menurutnya "jelas" akan datang, meskipun beberapa orang tidak setuju. Sutskever tahun ini mendirikan Safe Superintelligence Inc setelah perannya dalam pemecatan singkat Sam Altman dari OpenAI, yang kemudian ia sesali dalam beberapa hari.
Agen AI yang telah lama dikerjakan, katanya, akan terwujud di masa depan tersebut, memiliki pemahaman yang lebih dalam dan kesadaran diri. Dia mengatakan AI akan menyelesaikan masalah seperti manusia.
Ada tangkapan. "Semakin banyak ia berpikir, semakin tidak terduga hasilnya," katanya. Berpikir melalui jutaan opsi bisa membuat setiap hasil menjadi tidak jelas. Sebagai contoh, AlphaGo, sistem yang dibangun oleh DeepMind milik Alphabet, mengejutkan para ahli permainan papan yang sangat kompleks itu dengan gerakan ke-37 yang tidak dapat dipahami, dalam jalannya mengalahkan Lee Sedol dalam pertandingan tahun 2016.
Sutskever mengatakan, "AI catur yang benar-benar bagus juga tidak terduga bagi pemain catur manusia terbaik."
AI seperti yang kita kenal, katanya, akan "berubah secara radikal."