JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Hongaria atas keputusannya yang berani dan “berprinsip" untuk keluar dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) saat ia mengunjungi Budapest pada Kamis.
Netanyahu melakukan perjalanan luar negeri atas undangan PM Hongaria Hongaria Viktor Orban saat ICC memerintahkan penangkapan dirinya atas kasus kejahatan perang di Gaza.
Hongaria menolak perintah penangkapan perdana menteri Israel dan menyebut surat perintah ICC itu "tidak tahu malu."
Orban mengatakan Hongaria akan menarik diri sepenuhnya dari ICC, organisasi yang dibentuk lebih dari dua dekade lalu untuk mengadili mereka yang dituduh melakukan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida. "
Ini bukan lagi pengadilan yang tidak memihak, pengadilan yang menegakkan hukum, tetapi pengadilan politik. Ini menjadi yang paling jelas mengingat keputusannya terhadap Israel," kata Orban dalam konferensi pers dengan Netanyahu dilansir Reuters, Jumat, 4 April.
Kantor Netanyahu mengatakan dirinya dan Orban berbicara pada Kamis dengan Presiden AS Donald Trump tentang keputusan Hongaria untuk menarik diri dari ICC dan membahas "langkah selanjutnya yang dapat diambil terkait masalah ini."
Orban mengundang mitranya dari Israel ke Budapest pada November 2024, sehari setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan atas serangan Israel di Gaza, yang dilancarkan setelah serangan oleh kelompok militan Islam Palestina Hamas di Israel selatan.
SEE ALSO:
Israel menolak tuduhan ICC, dengan mengatakan tuduhan tersebut bermotif politik dan didorong oleh antisemitisme.
ICC dianggap Israel kehilangan semua legitimasi dengan mengeluarkan surat perintah terhadap pemimpin negara yang dipilih secara demokratis yang menjalankan haknya untuk membela diri. "Anda mendukung kami di UE, Anda mendukung kami di PBB dan Anda baru saja mengambil posisi yang berani dan berprinsip terhadap ICC, penting bagi semua negara demokrasi untuk melawan organisasi korup ini," kata Netanyahu kepada Orban.
Presidensi ICC menyatakan kekhawatirannya mengenai keputusan Hongaria, dan mendesaknya dalam surat untuk terus menjadi pihak yang teguh pada Statuta Roma, perjanjian pendirian ICC.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)