Kemenlu Bocorkan Kerja Sama Kesehatan dengan Rusia, Termasuk Penggunaan Vaksin Sputnik V?
Ilustrasi foto (Rio Lecatompessy/Unsplash)

JAKARTA - Indonesia mendorong kerja sama sektor kesehatan dengan Rusia. Kerja sama itu akan meliputi pengadaan vaksin dan penelitian di bidang teknologi kesehatan.

“Yang saat ini sedang kita dorong adalah pertemuan lebih lanjut untuk membahas aspek-aspek teknis kerja sama di antara kedua negara,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam pengarahan media secara daring, Kamis, 13 Agustus.

Pembahasan kerja sama telah dilakukan antara kementerian kesehatan kedua negara pada 5 Juli. Kerja sama itu merupakan tindak lanjut dari pembicaraan telepon antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 13 April.

Faizasyah tak menjelaskan lebih lanjut apakah kerja sama yang dimaksud berkaitan dengan vaksin yang diklaim Rusia telah berhasil dikembangkan untuk melawan pandemi COVID-19. “Sebatas itu yang bisa kami sampaikan sekarang,” kata dia.

Putin, pada Selasa, 11 Agustus, mengumumkan bahwa Rusia menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 setelah kurang dari dua bulan ujicoba pada manusia. Namun, restu Moskow justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan pakar.

Alasannya, hanya sekitar 10 persen uji klinis berhasil dilakukan. Beberapa ilmuwan menuding langkah Moskow didasari gengsi politis ketimbang capaian ilmiah.

Vaksin yang diberi nama “Sputnik V” dan dikembangkan oleh Institut Gamaleya akan diproduksi sebanyak lima juta dosis per bulan pada Desember-Januari. Beberapa negara, seperti Filipina dan Kazakhstan menyatakan minat bekerja sama adlam pengembangan dan akses vaksin.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)