Menperin Sebut Penurunan Anggaran 2025 Berdampak Terhadap 9 Program Prioritas
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, penurunan pagu anggaran pada 2025 akan berdampak pada pembiayaan untuk sejumlah program prioritas pemerintah.
Diketahui, anggaran Kemenperin pada 2025 sebesar Rp2,5 triliun atau lebih rendah 34 persen dibandingkan anggaran tahun ini yakni Rp3,83 triliun. Kemenperin tengah mengusulkan kenaikan anggaran sebesar Rp1,5 triliun untuk tahun depan.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, penurunan anggaran pada 2025 akan berdampak pada 9 program prioritas pemerintah, termasuk hilirisasi industri.
"Pengembangan dan hilirisasi industri berbasis rumput laut, sagu, teh, susu dan pengolahan hasil holtikultura tahun depan tidak ada sama sekali dana yang bisa kami siapkan untuk program itu," ujar Agus saat rapat kerja bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dikutip Rabu, 13 November.
Agus menjelaskan, program prioritas yang dimaksud yaitu pendampingan teknis implementasi pemenuhan persyaratan standar industri hijau yang akan terpangkas biayanya untuk 25 perusahaan industri.
Program kedua, yaitu fasilitas dan pembinaan industri halal untuk tahun depan hanya dapat melayani 1.000 industri halal dari target 6.000 industri halal.
"Ketiga, program penumbuhan wirausaha baru atau WUB hanya dapat diberikan kepada 1.365 usaha dari total kebutuhan 3.906 IKM," ucapnya.
Keempat, program yang terdampak yaitu pelatihan vokasi sistem 3in1 baru teralokasikan untuk 1.070 dari total kebutuhan sebanyak 75.170 orang, penyelenggaraan pendidikan vokasi di politeknik/akom baru teralokasikan untuk 2.537 mahasiswa. Sehingga, 10.096 mahasiswa belum dapat dibiayai.
Serta untuk SMK baru teralokasikan untuk 1.712 siswa, sehingga 6.763 siswa belum dapat dibiayai.Kelima, restrukturisasi permesinan industri besar dan IKM untuk peningkatan teknologi hanya dapat diberikan untuk 73 dari total kebutuhan sebanyak 422 perusahaan/IKM.
SEE ALSO:
Keenam, pengembangan dan hilirisasi industri berbasis rumput laut, sagu, teh, susu dan pengolahan hasil holtikultura. Ketujuh, pelaksanaan 4 promosi luar negeri melalui World Osaka Expo, Paris Airshow dan lainnya.
Kedelapan yaitu terhambatnya fasilitasi sertifikasi TKDN produk dalam negeri yang hanya dapat diberikan untuk 875 dari total kebutuhan 3.375 sertifikat produk.
Kesembilan atau terakhir, pendampingan pemenuhan dan kepatuhan kawasan industri terhadap regulasi yang berlaku serta penyusunan regulasi turunan PP Perwilayahan Industri yang juga belum dapat dibiayai.