Dikepung Pelemahan Rupiah dan Konflik Geopolitik, Wakil Ketua Komisi VII Pede Sektor Energi Stabil
JAKARTA - Kenaikan kurs dolar AS (USD) atas rupiah akhir-akhir ini serta eskalasi konfik Iran-Israel disinyalir akan memengaruhi sektor energi nasional, khususnya yang berbahan bakar minyak.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi optimistis sektor energi masih stabil dan mengimbau agar tidak panik.
"Soal harga dolar itu memang baru-baru ini ya, kenaikannya masih fluktuatif. Kita harus berpikir positif," ujar Bambang dalam keterangannya kepada media, Jumat 19 April.
Dari sisi energi, ia menyampaikan bahwa parlemen bersama pemerintah sepakat untuk fokus mengawal Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru.
Apalagi dalam rencana ke depan, menurut Bambang, Indonesia perlahan sudah mulai meninggalkan energi berbahan bakar fosil. Hal ini selaras pula dengan revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 telah sejalan dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Menurut pemberitaan di media massa, setidaknya dalam revisi kali ini, PLN berencana menambah porsi pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 75 persen.
"Kami pada dasarnya terus menggenjot seluruh pembangunan dalam RUPTL. Sebab nantinya pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan berkaitan dengan ketersediaan energi," sebut Bambang.
SEE ALSO:
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini juga menyoroti keluhan PLN soal kelebihan suplai listrik nasional.
Menurut Bambang, hal ini perlu dikaji, sebab bertolak belakang dari fakta di lapangan, di mana animo masyarakat terhadap program pasang listrik gratis dari Kementerian ESDM masih tinggi.
"Soalnya kami lihat saat (Kementerian) ESDM pasang listrik gratis masih banyak yg butuh. Itu artinya distribusi listrik masih kurang. Problem kita disitu. Nanti mungkin skema distribusi inilah yang perlu diperbaiki," pungkas Bambang.