Dinilai Lamban Transisi Elektrifikasi, Kawasan-kawasan Ini Berisiko Jadi Tempat Pembuangan Mobil Berpolusi Tinggi
JAKARTA - Menurut laporan lembaga Carbon Tracker yang berbasis di London, dan dipublikasikan oleh Bloomberg, 17 November, negara-negara yang lamban dalam mengadopsi kendaraan listrik kemungkinan besar akan mengalami kelebihan pasokan mobil berbahan bakar bensin jika mereka gagal mempercepat peralihan ke elektrifikasi.
Australia, bersama dengan Rusia, Turki, Afrika Selatan, India, dan beberapa negara lainnya disorot dalam laporan ini yang bisa menjadi rumah bagi mobil berpolusi tinggi.
Carbon Tracker juga menyebut ketika China, Eropa, dan Amerika Utara menerapkan regulasi yang lebih ketat yang memaksa pengemudi beralih ke mobil listrik, produsen mobil dapat mengandalkan negara-negara dengan target decarbonization yang lemah atau tidak ada sama sekali, sebagai lokasi untuk menjual mobil-mobil mereka yang berpolusi.
Sementara dilansir dari Carscoops, 20 November, Carbon Tracker juga memperingatkan negara-negara lain yang juga lamban dalam mengadopsi kendaraan listrik akan kesulitan mengimpor mobil listrik bekas dari negara-negara yang lebih peduli lingkungan karena negara-negara tersebut juga akan mendorong inisiatif daur ulang yang akan membuat mobil listrik bekas tetap berada dalam batas wilayah mereka.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara-negara tanpa rencana untuk menghentikan penjualan mobil bensin tidak hanya gagal berkontribusi pada mengurangi perubahan iklim atau membersihkan udara mereka sendiri, tetapi juga dapat mengunci diri mereka dalam siklus yang akan merugikan secara finansial.
SEE ALSO:
Afrika, sebagai contoh, menghabiskan 80 miliar dolar AS setiap tahun untuk impor bahan bakar, tetapi Carbon Tracker memperkirakan bahwa Afrika, Asia, dan Amerika Selatan bersama-sama dapat menghemat lebih dari 100 miliar dolar AS pada impor bahan bakar dan meningkatkan neraca perdagangan mereka jika mereka mengenalkan kebijakan yang mendukung adopsi mobil listrik.
Carbon Tracker merekomendasikan agar pemerintah di wilayah tersebut membantu mempercepat pergeseran dengan mengenalkan batas emisi yang lebih ketat, membatasi impor mobil bekas hanya untuk kendaraan yang relatif baru, menghapus tarif pada mobil listrik, dan mempromosikan manufaktur lokal mobil listrik.