Mampu Pangkas 'Middle Man', Gapoktan Tani Subur Dipuji Ganjar
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melihat praktik Gapoktan Tani Subur di Desa Tambakboyo, Ambarawa, Kabupaten Semarang, yang mampu menampung dan mengolah hasil panen dari delapan kelompok tani. Praktik tersebut mampu memangkas perantara dalam distribusi beras.
"Dulu pernah saya kunjungi, Gapoktan ini mengembangkan bisnisnya ini cukup bagus. Menampung hasil panen petani, langsung memproses dengan rice mill, dan langsung dijual. Tidak banyak middle man-nya, perantaranya nggak ada," kata Ganjar, seusai mengunjungi Gapoktan Tani Subur seperti dalam keterangan, Minggu 18 September.
Gapoktan Tani Subur sudah mengembangkan jaringan dari hulu ke hilir. Misal dari hulu ada pendampingan dari penyuluh dan Dinas Pertanian, baik provinsi maupun kabupaten. Gapoktan Tani Subur juga membeli hasil panen dari petani di daerah Kendal, untuk menutupi kekurangan pasokan produksi beras.
Sisi penjualan juga bagus karena mampu menciptakan jaringan pasar di wilayah Kabupaten Semarang. Termasuk, menyasar para pegawai negeri sipil. Gapoktan itu sudah menyediakan beras siap jual dengan kemasan yang cukup bagus.
“Di sini langsung diolah sampai packaging. Pasarnya ternyata di Kabupaten Semarang luar biasa. PNS saja beli. Artinya sebenarnya dari ujung sana sampai ujung sini sudah ada jaminan. Nah kalau model ini diterapkan, maka jaminan kesejahteraan para petaninya akan ada,” ungkap Ganjar, didampingi Ketua Gapoktan Tani Subur, Komari.
Melalui manajemen itu, Gapoktan Tani Subur memberikan kepastian para petani terkait hasil panen. Khususnya, delapan kelompok tani di pesisir Rawa Pening yang menjadi anggota Gapoktan.
SEE ALSO:
“Baik Gapoktan maupun petani yang menjadi anggota, bisa mendapatkan keuntungan yang baik dari proses itu. Tinggal manajemennya diperbaiki lagi agar lebih efisien. Harapannya, dari kekuatan kecil ini nanti bisa direplikasi,” jelasnya.
Ditambahkan, sejauh ini, dari delapan kelompok tani di Desa Tambakboyo itu, luas lahan pertanian padi mencapai 110 hektare. Rata-rata tiap satu hektare menghasilkan sekitar 8 ton gabah kering. Sementara untuk proses penggilingan, Gapoktan Tani Subur mampu menggiling padi sebanyak 1,5 ton per hari.
“Tadi mereka butuh rice mill yang gede lagi kapasitasnya, vertical dryer atau pengering kira-kira Rp300juta. Itu bisa kredit pakai KUR, plafonnya bisa sampai Rp 500juta, suku bunganya rendah cuma enam persen, maka kita bisa ajari itu,” tandas Ganjar.