Pulau Pari Tercemar Tumpahan Minyak Mentah, Penyebabnya Sedang Ditelusuri
JAKARTA - Tumpahan minyak mentah atau tarbal memenuhi pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, Selasa, 11 Agustus.
Dilansir Antara, Rabu, 12 Agustus, Lurah Pulau Pari Mahtum mengatakan, Selasa petang, petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) dibantu masyarakat melakukan pembersihan tumpahan minyak itu.
Limbah itu dimasukkan ke kantong plastik dengan kapasitas isi sekitar lima kilogram per kantong. Hingga Selasa petang, telah terkumpul sebanyak 280 kantong limbah tumpahan minyak mentah atau tarbal.
Mahtum mengatakan tumpahan minyak mentah tersebut mengotori sepanjang pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari, dari sisi timur dermaga utama sampai ujung timur tepatnya di area wisata Pantai Bintang.
Limbah minyak itu kemungkinan besar juga berimbas di pulau-pulau terdekat seperti seperti Pulau Tikus, dikarenakan masih banyak limbah berada di laut dan terbawa arus.
Mahtum menambahkan, pencemaran limbah itu hampir sama dengan kasus pada akhir tahun 2019. Saat itu beberapa pulau di Kepulauan Seribu terdampak tumpahan minyak mentah dari pengeboran di Perairan Utara Karawang.
"Akhir tahun lalu, Pulau Pari dan Pulau Lancang juga kena tumpahan minyak," ungkap Mahtum.
Sekitar Agustus 2019, sebanyak tujuh pulau di Kepulauan Seribu tercemar akibat tumpahan minyak mentah dari pengeboran di Pantai Utara Jawa, Karawang, Jawa Barat.
Tujuh pulau itu, yakni Pulau Untung Jawa, Pulau Bidadari, Pulau Ayer, Pulau Rambut, Pulau Bokor, Pulau Damar dan Pulau Lancang.
Sementara, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu masih menelusuri penyebab limbah tumpahan minyak mentah atau tarbal di pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari.
"Belum diketahui pasti penyebab tumpahan minyak mentah tersebut, saat ini sedang dilakukan penelitian bersama pihak PT Pertamina Hulu Energi (PHE)," kata Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan Endro.
Endro menyatakan, pihak PHE sudah melakukan penelitian, apakah disebabkan oleh kebocoran sumur pengeboran baik dari PHE OSES atau ONWJ. Tetapi pihak Pertamina menyatakan mereka juga belum menerima laporan tentang kebocoran.
Ia mengatakan, berbagai kemungkinan penyebab tumpahan minyak ini bisa terjadi, di antaranya kelalaian kapal pengangkut minyak, atau kapal-kapal nakal yang melakukan pencucian tangki di tengah laut, karena mencuci tangki di dermaga menghabiskan biaya lebih besar.
Kemungkinan lainnya, adanya angin timur, di mana limbah minyak akibat kebocoran pengeboran beberapa waktu lalu yang sudah menggumpal dan tenggelam di laut kembali lagi ke pesisir pantai.
"Sedang diupayakan dua hari ke depan sudah selesai pembersihan," ujar Endro.
Endro menyatakan belum ada laporan dari pulau-pulau lain di Kepulauan Seribu yang terdampak tumpahan minyak tersebut.