Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 14 Maret diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun, dalam pembukaannya Rupiah bergerak menguat.

Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada Jumat, 14 Maret, rupiah menguat Rp26 poin atau 0,16 persen ke Rp16.402 per dolar AS.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menyampaikan bahwa data Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk Februari tercatat lebih rendah dari yang diharapkan. Namun, penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan beberapa item yang mudah berubah, sementara hasil keseluruhan tetap menunjukkan bahwa inflasi masih tetap kuat.

Selain itu, Ibrahim menyampaikan pembacaan CPI ini juga tidak mencerminkan dampak dari kebijakan tarif Trump terhadap inflasi.

"Namun, analis memperingatkan bahwa meskipun pergerakan pasar optimis, kekhawatiran mendasar seperti ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi global tetap ada, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar dapat terus berlanjut dalam waktu dekat," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 14 Maret.

Sebelumnya, bea masuk sebesar 25 persen yang diberlakukan Trump untuk baja dan aluminium mulai berlaku minggu ini, sementara Donald Trump mengancam pada hari Rabu untuk meningkatkan perang dagang global dengan tarif lebih lanjut pada barang-barang Uni Eropa.

Ibrahim menyampaikan saat ini pasar tertuju pada data indeks harga produsen untuk bulan Februari, yang akan dirilis pada hari Kamis, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang inflasi AS.

"Inflasi yang lebih rendah memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, dengan bank tersebut akan bertemu minggu depan," ujarnya.

Sementara dari dalam negeri, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN Februari 2025 mencatatkan defisit Rp31,2 Defisit APBN setara dengan 0,13 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit itu melebar dari posisi bulan sebelumnya atau Januari 2025, yaitu Rp23,5 triliun atau 0,10 persen terhadap PDB.

Secara keseluruhan, pemerintah mendesain defisit APBN 2025 setahun penuh senilai Rp616,2 triliun atau 2,53 persen terhadap PDB.

Sedangkan pendapatan negara sepanjang Januari-Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun atau setara 10,5 persen dari target penerimaan.

Adapun penerimaan itu turun 20,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp400,4 triliun.

Sementara itu, realisasi belanja negara pada Januari-Februari 2025 tercatat senilai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari alokasi pemerintah dan realisasi belanja tercatat turun 6,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp374,3 triliun.

Seiring realisasi tersebut, keseimbangan primer APBN Februari 2025 tercatat surplus Rp48,1 triliun sebagai perbandingan, keseimbangan primer pada Februari 2024 adalah Rp95 triliun, sehingga, defisit 0,13 persen itu masih di dalam target desain APBN sebesar 2,53 persen dari PDB.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat, 14 Maret 2025 dalam rentang harga Rp16.420 - Rp16.460 per dolar AS.