Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 11 Februari 2025 diperkirakan akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 10 Februari 2025, Kurs rupiah spot ditutup turun 0,46 persen ke level Rp16.358 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,15 persen ke level harga Rp16.350 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi menyampaikan Trump mengumumkan tarif baru sebesar 25 persen untuk semua impor baja dan aluminium.

Menurutnya langkah ini telah meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan perdagangan dan dampak potensialnya terhadap ekonomi global.

"Tarif balasan Tiongkok atas barang-barang AS akan mulai berlaku hari ini, dan semakin berkontribusi pada sentimen yang lemah," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 10 Februari.

Ibrahim menyampaikan bahwa AS membuat kemajuan dengan Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina, tetapi menolak memberikan rincian tentang komunikasi apa pun yang Trump lakukan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Menurutnya sanksi yang dijatuhkan pada perdagangan minyak Rusia pada tanggal 10 Januari mengganggu pasokan Moskow ke klien utamanya, China dan India.

Ibrahim menyampaikan Washington juga meningkatkan tekanan terhadap Iran minggu lalu, dengan Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi baru terhadap beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengirimkan jutaan barel minyak mentah Iran per tahun ke China.

Sementara dari dalam negeri, Pemerintah perlu mendorong geliat industri manufaktur untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,2 persen pada tahun 2025.  Hal tersebut sudah terlihat ada indikasi terjadi tren deindustrialisasi dalam beberapa tahun terakhir.

"Hal itu, perlu disikapi mengingat manufaktur merupakan penyerap tenaga kerja terbesar," jelasnya.

Ibrahim menyampaikan jika industri manufaktur terus melemah, maka masyarakat akan kesulitan mencari pekerjaan akibatnya, makin banyak masyarakat yang bekerja di sektor informal.

Menurutnya sektor informal tentu sulit diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dalam jangka menengah hingga panjang.

"Tidak heran apabila daya beli masyarakat menurun, upah pekerja informal tidak sebanding dengan pekerja formal," jelasnya.

Ibrahim menyampaikan pertumbuhan ekonomi pun akan semakin melambat karena konsumsi rumah tangga masih menjadi pembentuk utama produk domestik bruto (PDB) dimana konsumsi rumah tangga sendiri dipengaruhi oleh daya beli masyarakat.

"Harus diingat, indonesia saat ini mengalami tantangan struktural yang serius di mana dapat dilihat dari sisi daya beli masyarakat yang terus tergerus dan pelemahan industri yang cukup serius, sehingga dibutuhkan paket kebijakan stimulus," ujarnya.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan konsumsi rumah tangga mendistribusikan hingga 54,04 persen pertumbuhan ekonomi pada 2024.

Menurutnya saat inipun juga, konsumsi rumah tangga juga perlu menjadi perhatian pemerintah terutama dalam mendesain kebijakan di tahun ini.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 11 Februari 2025 dalam rentang harga Rp16.340 - Rp16.410 per dolar AS.