Bank Sentral AS Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Diproyeksikan Melemah
Dolar AS dan Rupiah (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis 1 Februari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 31 Januari, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,02 persen Rp15.783 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup turun 0,04 persen ke level harga Rp15.803 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu dan investor akan fokus pada petunjuk dari Ketua Fed Jerome Powell mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Maret.

"Data ekonomi AS yang solid telah membuat para pedagang mengurangi perkiraan pemangkasan suku bunga pada bulan Maret menjadi 42 persen, dari sekitar 89 persen pada bulan lalu, menurut FedWatch Tool milik CME Group (NASDAQ:CME)" ujarnya dalam keteranganya dikutip Kamis 1 Februari.

Ibrahim menyampaikan banyak analis memperkirakan penurunan suku bunga pertama The Fed akan bertujuan untuk mencegah kesenjangan yang terlalu lebar antara inflasi dan suku bunga The Fed, karena hal ini akan memperketat kondisi keuangan lebih dari yang direncanakan oleh The Fed.

Selain itu, Imbal hasil Treasury turun dan dolar melemah setelah Powell pada bulan Desember mengindikasikan bahwa The Fed beralih ke siklus pelonggaran.

Adapun, data pada hari Selasa menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan AS secara tak terduga meningkat pada bulan Desember sementara kepercayaan konsumen AS meningkat ke level tertinggi dalam dua tahun pada bulan Januari. Selain itu, Investor sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Eropa pada bulan April.

Dari sisi internal, Dana Moneter Internasional (IMF) kembali mempertahankan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2023 dan 2024, yakni tetap di angka 5 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari IMF diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI.

Sebelumnya, IMF telah meramalkan ekonomi RI akan mampu tumbuh seperti yang pemerintahkan harapkan, meski proyeksi ekonomi global dari berbagai lembaga terus dipangkas.

Ibrahim menyampaikan pada Januari 2024 pula IMF merevisi ke atas prospek ekonomi global 2024, dari 2,9 persen menjadi 3,1 persen. Banyak negara yang terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dengan pertumbuhan yang semakin cepat di negara-negara besar di Asia Tenggara.

Sementara negara mitra dagang Indonesia lainnya, yakni China, masih diproyeksikan akan tumbuh melambat, di mana konsumsi dan investasi yang lebih lemah terus membebani aktivitas.

Selanjutnya, di kawasan Uni Eropa, aktivitas diperkirakan akan sedikit pulih setelah tahun 2023 yang penuh tantangan, ketika harga energi yang tinggi dan kebijakan moneter yang ketat membatasi permintaan.

Adapun, proyeksi dari lembaga internasional ini sejalan dengan target pemerintah yang mematok target pada level yang tidak jauh berbeda.

Pemerintah dan para ekonom juga optimistis capaian produk doemstik bruto (PDB) Indonesia pada 2023 akan mampu di atas 5 persen. Begitu pula dengan target pemerintah pada 2024 yang mematok target 5,2 persen.

Namun, baik IMF, Pemerintah dan para ekonom terus mencermati perkembangan yang terjadi mulai dari tensi geopolitik yang meningkat hingga tekanan fiskal berbagai negara. Untuk itu, tahun ini pemerintah tidak mengubah proyeksi ekonomi 2024 tetap di angka 5,2 persen sesuai dengan asumsi APBN.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis 1 Februari dalam rentang harga Rp15.760- Rp15.840 per dolar AS.