JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa produk pangan turunan kedelai mengalami kenaikan harga dalam tiga bulan terakhir.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengungkapkan jika dilihat secara tahunan maka harga komoditas ini melonjak 12,4 persen untuk produk turunan tahu dan 13,5 persen untuk produk tempe.
“Kenaikan harga tahu dan tempe ini disebabkan oleh stok kedelai di dalam negeri yang menipis,” ujarnya saat memberikan pemaparan kepada awak media di Jakarta pada Kamis, 1 Desember.
Menurut Setianto, kondisi tersebut diperparah oleh realisasi impor kedelai yang tersendat dari luar negeri.
“Kami mendapat informasi dari Bappenas dan Kementerian Pertanian bahwa impor kedelai cukup lambat,” tuturnya.
Setianto menambahkan, pihaknya mendapati pula data dari bursa jangka tertua di dunia, yakni Chicago Board of Trade, menunjukan hal yang serupa.
“Tren kenaikan harga kedelai terjadi sejak September 2022,” tegas dia.
BACA JUGA:
Situasi yang terjadi ini disebut turut memberikan andil terhadap inflasi bahan pangan di Indonesia. Dia menjabarkan, harga tempe naik secara konsisten sejak September dengan Rp12.421/Kg, Oktober Rp12.682/Kg, dan November Rp12.949/Kg.
Pun demikian dengan tahu yang terus menanjak Rp11.330/Kg di September, Rp11.438/Kg di Oktober, serta Rp11.680/Kg pada November.
“Tahu dan tempe memberikan andil inflasi 0,01 persen secara month to month (bulanan) di November 2022,” ucap dia.
Adapun, level inflasi secara umum hingga bulan lalu tercatat sebesar 5,42 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Angka itu lebih rendah jika dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya, yakni September dengan 5,95 persen dan Oktober sebesar 5,71 persen yang cenderung berada di level atas karena terpengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).