Kepemilikan Asing di SBN Turun ke Level 15 Persen
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) tersisa 15 persen.

Purbaya menjelaskan, ada dua sisi yang dapat dilihat dari perkembangan tersebut.

“Sisi baik dari hal tersebut adalah ketergantungan kita terhadap dana asing untuk pembangunan semakin kecil, lebih banyak uang yang bersumber dari dalam negeri yang dapat digunakan untuk membiayai misalnya pembangunan infrastruktur nasional," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 10 Agustus.

Sementara itu, keuntungan lainnya adalah stabilitas pasar SBN menjadi lebih mudah dijaga karena Indonesia tidak terlalu terpengaruh lagi oleh pergerakan investor asing di pasar obligasi.

Dengan jumlah kepemilikan asing yang lebih sedikit, maka akan relatif lebih memudahkan bagi Bank Sentral maupun pemerintah dalam mengendalikan gejolak di pasar obligasi, sehingga stabilitas pasar finansial relatif lebih mudah dijaga.

Ia pun membandingkan dengan Jepang, di mana hampir 90 persen surat berharganya dikuasai oleh domestik.

“Jadi jika ada gonjang ganjing di pasar dunia yield government Jepang tetap stabil, dan stabilitas sistem finansial mereka tetap terjaga,” ucapnya.

Kemudian terkait risikonya jika kepemilikan asing yang semakin kecil, ia menjelaskan, jika modal asing banyak yang keluar, tentunya hal tersebut juga akan membuat stabilitas rupiah menjadi terganggu, dan rupiah akan terkoreksi.

“Namun mereka juga investor yang mencari return. Kalau pertumbuhan ekonomi suatu negara itu kuat, hal itu juga akan menarik investasi di pasar surat utang negara juga. Pertumbuhan ekonomi yang kuat akan mengundang investasi di sektor riil maupun di sektor finansial, sehingga nilai tukar menguat dan yield surat utang negara pun cenderung turun," kata Purbaya.

"Hal tersebut akan menguntungkan investor di pasar surat utang negara. Jadi, kuncinya adalah kita harus terus menjaga pertumbuhan dan sustainability dari pertumbuhan ekonomi kita,” pungkasnya.