Bagikan:

JAKARTA - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meresmikan Program Desa Devisa Rumput Laut pertama di Indonesia yang berada di Desa Kupang, Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 18 Desember lalu. Ketersediaan bahan baku rumput laut Indonesia sangat berpotensi memenuhi kebutuhan produk olahan rumput laut bagi beragam industri di dunia, baik pangan maupun non-pangan.

Desa Kupang yang menghasilkan rumput laut, ikan bandeng dan udang ini memiliki komoditas rumput laut merah Gracilaria Sp. sebagai komoditas unggulan desa. Rumput laut merah diketahui memiliki manfaat sebagai pengental dan pembuatan gel untuk produksi agar-agar, kolagen, karagenan dan alginat bagi sektor industri/ sektor makanan minuman.

Program Desa Devisa Rumput Laut yang berlokasi di Koperasi Sumber Mulyo 5758, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, merupakan desa devisa ke-27 yang dibina dan diresmikan LPEI. Dengan demikian sudah sebanyak 2.894 orang petani/penenun/pengrajin yang menerima manfaat dari Program Desa Devisa ini.

Wilayah yang strategis dengan mempertimbangkan aspek geografis, iklim tropik dan terletak di perairan dangkal, menjadikan budidaya rumput laut ini sebagai komoditas primadona bagi masyarakat setempat. Hasil produksi rata-rata rumput laut mencapai 10.113 ton per tahun atau 1,4 persen dari total produksi rumput laut di Jawa Timur.

Peresmian ini dihadiri Direktur Pelaksana II LPEI/Indonesia Eximbank, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Sidoarjo, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sidoarjo, Kepala Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur, Asosiasi Rumput Laut Indonesia dandisaksikan oleh Anggota Komisi XI DPR RI.

"LPEI menyiapkan program yang terintegrasi dan terpadu untuk membangun dan meningkatkan kapasitas (capacity building) para petani rumput laut, anggota dan pengurus Koperasi Sumber Mulyo," ujar Direktur Pelaksana II LPEI/Indonesia Eximbank, Maqin U. Norhadi dalam sambutannya, dikutip Senin 20 Desember.

Bentuk pelatihan dan pendampingan yang diberikan LPEI antara lain berupa manajemen koperasi, teknik budidaya dan pengolahan, pemasaran, perluasan akses pasar, perijinan ekspor, sertifikasi, dan penyusunan laporan keuangan. Dengan menghasilkan produk berstandar ekspor diharapkan akan memiliki nilai tambah bagi para petani rumput laut di Desa Kupang dan pada gilirannya peningkatan kesejahteraan serta ekonomi pun akan dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Dalam peresmian Desa Devisa Rumput Laut, Maqin menegaskan bahwa LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan memiliki mandat untuk dapat membantu program pemerintah melalui pembiayaan ekspor nasional yang diberikan dalam bentuk pembiayaan, penjaminan dan asuransi serta jasa konsultasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing, kualitas produk maupun jasa buatan Indonesia masuk ke pasar global.

"Di tahun 2020 hasil produksi dari anggota koperasi ini mencapai 4.800 ton atau rata-rata produksi dari setiap anggota koperasi mencapai 6,8 ton pertahunnya. Dengan mengikuti Program Desa Devisa LPEI, maka sebanyak 59 petani rumput laut yang saat ini telah menjadi anggota Koperasi Sumber Mulyo 5758 Desa Kupang, akan mampu meningkatkan produksi dan siap menjadi eksportir rumput laut secara mandiri dalam satu tahun mendatang," jelas Maqin.

Saat ini produk yang dijual koperasi berupa rumput laut yang dikeringkan untuk memenuhi pesanan buyer/ perusahaan-perusahan lokal namun diantaranya ada buyer yang telah melakukan ekspor (pemasok untuk eksportir). Rumput laut tersebut akan diolah menjadi tepung dan di ekspor ke negara kawasan Eropa dan Asia Timur.

"Adanya dukungan, bimbingan, dan pembinaan dari LPEI, usaha rumput laut di Desa Kupang Sidoarjo ini mudah-mudahan bisa semakin berkembang. Kita targetkan tahun 2022 kita sudah bisa ekspor sendiri," kata Anggota Komisi XI DPR RI, Indah Kurnia.

Sinergi dan kolaborasi Indonesia Eximbank dengan lembaga lain, perbankan, termasuk Asosiasi Rumput Laut Indonesia untuk meningkatkan kualitas produksi dan membantu mencarikan pasar di luar negeri.

"Rumput laut ini adalah berkah alam yang luar biasa, dan bisa memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga di sini karena dalam mencapai tujuan ekspor mandiri, pengurus tidak bisa sendiri, anggota tidak bisa sendiri, maka diperlukan harmonisasi orkestrasi dan kolaborasi dalam mencapai tujuan tersebut, layaknya sebuah TEAM - Together Everyone Achieve More," ujar Indah Kurnia.