DPR: Densus 88, BIN, dan BNPT Harus Selalu Suudzon dengan Taliban
Gedung DPR (Ifran Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI M. Farhan menganggap Densus 88, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus selalu menerapkan prasangka buruk (suudzon) terhadap kondisi Taliban saat ini.

Sikap suudzon ini tetap mesti ditanamkan pada lembaga yang berkaitan dengan penanggulangan terorisme, terlepas dari apapun sikap pemerintah Indonesia kepada kelompok Taliban di Afganistan saat ini.

"Sesuai tugasnya, Densus 88, BIN, BNPT, itu harus selalu suudzon. Kita, masyarakat bangsa dan negara merestui kesuudzonan ketiga lembaga tersebut," kata Farhan dalam diskusi virtual Crosscheck, Minggu, 5 September.

Menurut Farhan, ketiga lembaga ini merupakan garis depan dalam mendeteksi hingga menanggulangi ancaman radikalisme di Indonesia.

Lalu, mereka juga didukung oleh Badan Siber dan Sandi Negarai (BSSN) dan Kemenkominfo untuk mendeteksi paham radikalisme lewat jaringan internet dan platform digital.

"Mereka bisa melihat ini sebagai sesuatu yang harus diwaspadai. Jadi, sok, mangga, suudzon saja," ucap Farhan.

Farhan juga menanggapi pandangan Jusuf Kalla, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), hingga politikus Gerindra Fadli Zon yang memandang Indonesia mesti berprasangka baik (khusnuzon) dengan kekuasaan Taliban saat ini.

Mereka menganggap, saat ini kelompok Taliban sudah lebih moderat dan berbeda dari ideologi Taliban puluhan tahun lalu. Farhan juga mempersilakan kemunculan sikap tersebut.

"Dengan sikap dari Pak Jusuf Kalla, politisi dari PKS, Mas Fadli Zon juga misalnya. Beliau mengatakan jangan sampai ini ke-suudzon-an ini menular menjadi islamophobia. Kita juga enggak mau ada islamophobia," ungkapnya.

Namun, bagaimanapun juga, lembaga negara yang berkaitan dengan paham radikalisme dan terorisme tak bisa percaya begitu saja. Terlebih, pemerintah masih menunggu perkembangan kondisi untuk menentukan sikapnya terhadap pemerintahan Taliban saat ini.

"Mari bersama-sama kita amati dengan sangat teliti Afganistan ini kenapa, karena politik luar negeri, ternyata mempengaruhi politik dalam negeri. Sudah sedekat itu," ujar Farhan.