Kimia Farma Bantah Vaksinasi Berbayar Individu untuk Cari Untung
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk, Ganti Winarno Putro membantah bahwa BUMN mencari untung dalam pengadaan vaksinasi COVID-19 berbayar kepada individu.

Ganti menjelaskan, pada prinsipnya perusahaan pelat merah ini berupaya mendukung program vaksinasi COVID-19 di Indonesia dengan lewat vaksinasi Gotong Royong, baik untuk individu maupun perusahaan swasta.

"Kami, sebagai salah satu BUMN itu mendukung untuk percepatan dan juga untuk perluasan daripada vaksinasi gotong royong ini. Sehingga bukan untuk melakukan komersialisasi," kata Ganti dalam diskusi webinar, Minggu, 11 Juli.

Lagipula, kata dia, biaya vaksinasi berbayar untuk perorangan ini mengikuti ketetapan Kementerian Kesehatan. Disertai juga dengan pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

"Semuanya sudah terbuka baik itu dari sisi komponen harga dan sebagainya dan sudah dilakukan review oleh lembaga independen," tuturnya.

Diketahui, perusahaan BUMN PT Kimia Farma membuka layanan vaksinasi berbayar bagi perorangan. Layanan ini masuk dalam program vaksinasi Gotong Royong (VGR). 

Kimia Farma telah menyiapkan 8 klinik di 6 kota untuk layanan vaksinasi mandiri ini. Total kapasitas VGR individu dari 8 klinik ini sebanyak 1.700 peserta per hari.

Lalu, secara perlahan, Kimia Farma akan memperluas jangkauan itu, termasuk ke pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar.

Harga pembelian vaksin ditetapkan sebesar Rp321.660 per dosis dan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp117.910 per dosis. Vaksin yang digunakan dalam program ini adalah vaksin Sinopharm.

Harga pembelian vaksin ditetapkan sebesar Rp321.660 per dosis dan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp117.910 per dosis. Vaksin yang digunakan dalam program ini adalah vaksin Sinopharm.

Hal ini dikritik ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono. BUMN menyebut vaksinasi mandiri ini dilakukan demi mempercepat target kekebalan komunal atau herd immunity dari COVID-19. Namun, Pandu memandang ada alasan lain yakni ingin mendapat keuntungan dengan berjualan vaksin.

"Bilang aja jualan vaksin, gak usah bilang herd-immunity.... motivasi terselubung vaksin gotong-royong adalah jualan bukan untuk bantu kendalikan pandemi. Tak perlu dusta @KemenBUMN," kata Pandu dikutip dari akun Twitter @drpriono1.

Pandu memandang vaksin berbayar yang masuk dalam program vaksinasi Gotong Royong (VGR) ini tak sepatutnya dilakukan. Sebab, menurut dia, vaksin adalah penunjang kesehatan masyarakat, bukan produk yang diperjual-belikan.

"Vaksin itu public health good, bukan commercial product," ungkapnya.