Siapa Muhadjir Effendy

Bagikan:

JAKARTA-Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., sosok yang tumbuh besar sebagai akademisi, ia diangkat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Inilah kali keduanya ia dipercaya presiden Jokowi untuk kembali bergabung dengannya, setelah sebelumnya di bulan Juli 2016 ia sempat ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju kemarin. 

Muhadjir Effendy Menko PMK yang akan kawal akselerasi pengentasan kemiskinan, solidaritas nasional dan revolusi mental,"

Jokowi

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah ini menggantikan Puan Maharani yang beralih sebagai Ketua DPR-RI 2019-2024. Ia dipilih berdasarkan ekspektasi tujuan pemerintahan Jokowi di periode kedua ini agar lebih menitikberatkan pada sektor sumber daya manusia di atas sektor lainnya. Enam belas tahun sebagai seorang Rektor dan dua tahun kemarin menjalankan peran sebagai Mendikbud pengganti Anies Baswedan, dirasa cukup oleh Jokowi untuk mengemban tugas yang lebih banyak berkutat di seputar hal kordinasi dan sinkronisasi.

Lewat Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2015, yang membahas Menko PMK, kementerian ini bertugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan Republik Indonesia.

Tugasnya sebagai Menko PMK juga menaungi ke-9 kementerian dibawah kementeriannya, antara lain: Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan instansi lain yang dianggap perlu.

Siapa Muhadjir Effendy

Anak keenam dari sembilan bersaudara pasangan Soeroja dan Sri Soebita ini pernah tercatat identik dengan nama Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Memulai profesi akademisi-nya sebagai pengajar, kemudian memuncaki jabatan Rektor selama tiga perioda: tahun 2000-2004, tahun 2004-2008, dan tahun 2008-Februari 2016. Sejak kecil ketekunannya memang keinginan kuat untuk terus belajar, tak pernah merasa cukup dan haus akan ilmu. Ayah Muhadjir berprofesi sebagai guru madrasah dan kepala sekolah yang aktif dalam pergerakan organisasi, seorang aktivis Partai Masyumi penganut kental Sukarnois yang mencintai kesenian wayang dan melakoni peran dalang dan juga pengrajin wayang kulit. 

Gelar sarjana pendidikan sosial Muhadjir diraihnya pada tahun 1982 di IKIP Malang (sekarang UIN Malang). Berlanjut gelar administrasi publik (M.A.P.) di tahun 1996 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, kemudian melengkapi strata tiga program doktor sosiologi militer di tahun 2008 lewat Universitas Airlangga, Surabaya. 

Sempat mengenyam pendidikan singkat di bidang pengelolaan pendidikan tinggi di Kanada lewat Victoria University pada tahun 1991. Dua tahun kemudian di tahun 1993, mengambil kursus singkat di bidang keamanan dan pertahanan di National Defense University, Washington DC, Amerika Serikat. 

Masa mudanya memang aktif sebagai wartawan kampus dan aktif sebagai kolumnis media cetak,  ia sangat menaruh perhatian lebih seputar isu agama, pendidikan, sosial, politik, hingga kemiliteran yang dirasa menarik untuk dianalisa dan dituangkan lewat sebuah tulisan. 

Karya tulisan Muhadjir sewaktu muda dulu tercatat ada di Majalah Semesta Surabaya, Koran Warta Mahasiswa (Dirjen Dikti), Koran Mimbar Univ. Brawijaya, Mingguan Mahasiswa (Surabaya), dan juga pencetus kabar BESTARI di tahun 1986, sebuah media cetak khusus lingkup kampus Universitas Muhammadiyah Malang.

Atas kontribusi dengan dedikasinya, ia pernah terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Perwakilan Malang Raya.

Tak enak rasanya jika sekedar mengungkapkan semua yang ada di benaknya dalam bentuk sebuah tulisan baginya, karena itulah ia memutuskan hasratnya lewat pilihannya aktif di beberapa roda organisasi. Pilihannya sejak lama terlibat dalam pergerakan organisasi Islam Muhammadiyah akhirnya sempat membawanya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah untuk Jawa Timur selama lima tahun periode 2005-2010. Sepuluh tahun berikutnya di tahun 2015 hingga 2020 ia terpilih sebagai Ketua PP Muhammadiyah untuk Bidang Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan. Sebuah bidang yang memang dicintainya lama. Tak hanya Muhammadiyah, rasa keingintahuannya yang besar menjadikannya bisa eksis di berbagai segmen organisasi lainnya ke depan.

Selain Muhammadiyah, ia juga Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS), Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur, anggota dewan Peneliti Daerah Jawa Timur, penasihat Badan Narkotika Nasional (BNN), Perhimpunan Wartawan Indonesia (PWI), dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas).

Pada suatu masa, ia jatuh hati kepada rekan sesamanya yang satu profesi dosen mengajar di Politeknik Malang, Suryan Widati nama wanita itu. Sesosok wanita yang akhirnya dinikahi Muhadjir Effendy dan dikaruniai ketiga, Muktam Roya Azidan, Senoshaumi Hably, dan Harbantyo Ken Najjar. 

Beberapa karya tulis semasa sibuknya dulu sebagai mahasiswa fakultas pendidikan sosial antara lain: Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan tahun 1989, Bunga Rampai Pendidikan tahun 1992, Masyarakat Equilibrium: Meniti Perubahan dalam Bingkai Keseimbangan tahun 2002, Pedagogi Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Multidimensional tahun 2004, Profesionalisme Militer: Profesionalisme TNI tahun 2008, dan Jati Diri dan Profesi TNI: Studi Fenomenologi tahun 2009.

Sistem Zonasi

Pasca pengangkatan Muhadjir Effendy sebagai Mendikbud sepeninggal Anies Baswedan di bulan Juli 2016, dirinya berani tancap gas untuk menelurkan konsep tak populer dan beresiko penuh kontroversi saat itu, populer dikenal sistem zonasi di kalangan publik. Berawal lewat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lalu merambat ke pendistribusian guru pengajar dan peningkatan kompetensi guru. Seperti yang termaktub dalam Permendikbud No.51/2018 kreasi seorang Muhadjir Effendy, yang menjelaskan tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 menggunakan jalur zonasi. 

Jadi, pemetaan seleksi calon peserta didik baru memprioritaskan jarak tempat tinggal terdekat mereka ke sekolah dalam radius zonasi yang ditetapkan. Berdasarkan jarak tempuh dari Kantor Desa/Kelurahan menuju sekolah. Bagaimana bila jarak antar siswa memiliki kesamaan? maka yang diprioritaskan adalah mereka calon peserta didik yang lebih dulu mendaftar di awal. Publik menganggap terlalu banyak sisi kontroversinya, namun di mata Muhadjir, sistem inilah yang akan menyamaratakan kualitas dan prestis sekolah yang tadinya terbilang unggulan dan hanya bisa dinikmati siswa-siswi tertentu berdasarkan acuan nilai, kini bisa dinikmati dalam cakupan lebih luas lagi. 

“Tidak boleh ada favoritisme. Pola pikir 'kastanisasi' dan 'favoritisme' dalam pendidikan semacam itu harus kita ubah. Seleksi dalam zonasi dibolehkan hanya untuk penempatan (placement),” ucap Muhadjir Effendy saat menjabat Mendikbud.

Walaupun di awal implementasi program ini masih banyak kekurangan, dan banyak mengundang ketakutan dari ombudsman akan adanya celah pungli, ataupun pemalsuan data siswa, kelanjutan program inisiasi dirinya masih tetap berjalan. Kalau dulu sekolah favorit berisikan siswa-siswi pintar dan berkesan 'pilihan', maka telah berubah dan bisa membuka pintu kesempatan bagi siswa-siswi manapun seputar zona domisili. Program zonasi yang dicetuskan oleh sang paman, ternyata menimpa dua keponakannya di Sidoarjo menjadi korban.

Pasca Muhadjir Effendy tak lagi menjabat pos di Kemendikbud, maka terpilihlah Nadiem Makarim yang mantan pendiri startup teknologi Gojek, keputusan Nadiem yang meniadakan sistem Ujian Nasional sebagai faktor krusial penentu kelulusan siswa, mendapatkan dukungan penuh dari dirinya. Sekalipun ia sudah resmi beranjak dari kemendikbud, pesan Muhadjir kepada nanti penerusnya di sana agar tak lupa beberapa prioritas yang tetap harus dikejar, yakni tentang penguatan karakter, percepatan Kartu Indonesia Pintar, dan revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK), 

Saat menjadi Mendikbud, Muhadjir Effendy menghadirkan satu kejadian yang maknanya cukup mendalam, bagaimana kedua orang tua dari Musa, La Ode Abu Hanafi dan Yulianti dihadiahi sebuah piagam penghargaan resmi atas rasa terima kasih dari negara kepada anak mereka, Musa. Musa saat itu anak berusia 7 tahun yang menjadi Juara Ketiga dalam Musabaqah Hifzhil Qur'an Internasional di Mesir pada April 2016. Bocah berpostur mungil dan termuda berhasil membawa harum nama Indonesia dan membanggakan kedua orangtuanya. Penghargaan itu dimaksudkan, bahwa siapapun mereka yang mengukir prestasi positif dalam lingkup apapun, terdapat sosok pembimbing yang dengan apiknya menyuguhi ilmu-ilmu positif dalam kehidupan, baik itu akademik, agama, ataupun sosial.

Menelisik Sang Menko PMK

Pernyataannya selepas dilantik pada bulan Oktober, mengutarakan keinginannya agar kuota tenaga guru honorer bakal terus ada dalam penerimaan PNS/PPPK, walaupun jumlah tenaga honorer yang lolos berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2018-2019 masih dibawah kuota yang disediakan. Tingginya angka stanting berkisar 27 persen di tahun 2019, mendorong Muhadjir Effendy dengan bantuan Kementerian PUPR untuk membentuk satuan tugas (satgas) yang dikhususkan menanggulangi kekurangan gizi disertasi pengadaan sanitasi yang layak. 

Jabatan barunya sebagai Menko PMK di awal tahun 2020 dihadapkan pada keputusan berat terkait defiisitnya anggaran negara, keputusan tetap untuk menaikkan iuran BPJS sebesar 100 persen telah diresmikan lewat Perpres Nomor 75 tahun 2019. Tak lama berselang mengakibatkan 372.000 peserta BPJS memilih penurunan kelas golongan BPJS.

Baru-baru ini di awal Mei 2010, ia sempat bersitegang dengan Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Terjadinya perbedaan data penerima bantuan sosial pemerintah provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat disoroti tajam Muhadjir Effendy. Ketidaksamaan angka 2,5 juta orang miskin penerima bansos versi pemerintah DKI Jakarta ternyata berbeda setelah pemerintah pusat memverifikasi ulang yang ternyata berjumlah 1,3 juta orang miskin. Memang di tengah pandemi COVID-19 berlangsung, seringkali terjadi miskomunikasi dan miskoordinasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. 

Permasalahan semakin pelik rupanya, ternyata ada KK yang seharusnya menerima bansos dari kemensos ternyata menerima lagi bantuan serupa dari pemerintah DKI Jakarta. Dan sebaliknya, bagi mereka yang seharusnya berhak mendapatkan justru tak menikmati bantuan krusial itu. 

Fakta Menarik Muhadjir Effendy

Penghargaan Tanda Jasa. 

Penghargaan Tanda Jasa. Di tahun 2010 Muhadjir Effendy diganjar tanda jasa Satya Lencana Karya Satya XX karena keberhasilannya membawa nama Universitas Muhammadiyah Malang sebagai kampus swasta terbaik se-nasional.

Masih Sebagai Dosen Tetap.

Sejak tahun 1986 kiprahnya di dunia pendidikan masih terus berlanjut dengan statusnya sebagai Dosen Tetap Universitas Negeri Malang. 

Aktif Menulis Buku

Baladewa, Seperti Menyaksikan Dahlan Muda, dan Muhammadiyah dan Pendidikan di Indonesia adalah hasil karya tulis Muhadjir Effendy.

Profil Muhadjir Effendy

Nama Lengkap

Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P.

Profesi

Akademisi, Birokrat

Gelar/Titel

S-1: Sarjana Pendidikan (S.Ip) 

S-2: Magister Administrasi Publik (M.A.P.)

S-3: Doktor Ilmu Sosial (Dr.)

Tempat dan Tanggal Lahir

Madiun, Jawa Timur, 29 Juli 1956

Agama

Islam

Orangtua

Soeroja 

Sri Soebita

Pasangan

Suryan Widati S.E., M.S.A., Ak. CA.

Anak

Muktam Roya Azidan

Senoshaumi Hably

Harbantyo Ken Najjar

Harta Kekayaan

Rp 81.007.102.922 (2018/LHKPN)

-

Pendidikan

2008

S-3: Program Doktor Ilmu-Ilmu Sosial, Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

1996

S-2: Program Magister Adminsitrasi Publik (MAP), Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jawa Tengah, Indonesia

1982

S-1: Sarjana Pendidikan Sosial IKIP Malang (UIN Malang)

1978

Sarjana Muda, Fak. Tarbiyah IAIN Malang, Jawa Tengah, Indonesia

1974

PGAN 6 Tahun, Madiun, Jawa Timur, Indonesia

1972

PGAN 4 Tahun, Madiun, Jawa Timur, Indonesia

1968

SD Al-Islam, Madiun, Jawa Timur, Indonesia

-

Pendidikan Tambahan

1991

Visiting Program Regional Security and Defense Policy, National Defense University, Washington D.C., Amerika Serikat

1993 

Long term course, The Management for Higher Education, Victoria University, British Columbia, Kanada

-

Perjalanan Karir

2019-sekarang

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kabinet Indonesia Maju

2016-2019

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kabinet Indonesia Kerja

2008-2011

Dewan Penasehat Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya

2008-2016

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

2004-2008

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

2000-2004

Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

2010-2015

Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur

2010-sekarang

Penasehat Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan Jawa Timur

2010-2014

Pembina Badan Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Provinsi Jawa Timur

2000-2005

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur

1996-2000

Pembantu Rektor I/bidang akademik, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

1984-1996

Pembantu Rektor III/bidang kemahasiswaan, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur

1986-sekarang

Dosen Tetap IKIP Malang (sekarang Universitas Muhammadiyah Malang)