JAKARTA - Dua warga negara Taiwan belum lama ini ditangkap karena memasuki pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Korea Selatan secara ilegal, memotret jet tempur serta fasilitas militer lainnya.
Kepolisian Provinsi Gyeonggi Nambu mengatakan pada Hari Rabu, mereka telah meminta surat perintah penangkapan untuk dua warga negara Taiwan, berusia 60-an dan 40-an, yang sejak itu ditahan karena dicurigai melanggar Undang-Undang Perlindungan Pangkalan dan Instalasi Militer.
Menurut polisi, warga negara Taiwan tersebut memasuki Pangkalan Udara Osan di Pyeongtaek pada Hari Sabtu selama "Osan Air Power Days 2025," meskipun telah ditolak masuk oleh pejabat militer AS, melansir The Korea Times 15 Mei.
Mereka menggunakan gerbang yang disediakan untuk warga negara Korea dan berbaur dengan kerumunan untuk mendapatkan akses yang tidak sah. Begitu masuk, mereka menggunakan lensa telefoto untuk memotret jet tempur dan fasilitas AS.
Dalam kejadian terpisah, dua warga Tiongkok yang terlibat dalam insiden serupa dibebaskan tanpa ditahan.
Menurut polisi, faktor penentu adalah apakah para tersangka telah memasuki wilayah militer terlarang.
Dua warga negara Tiongkok yang sebelumnya diselidiki atas tuduhan yang sama dibebaskan tak lama setelah diinterogasi.
Kedua warga negara China, yang diidentifikasi sebagai ayah dan anak, ditangkap pada tanggal 21 April di dekat pangkalan udara yang sama. Polisi mengatakan mereka hanya mengambil foto pesawat di langit dari luar pangkalan, dan tidak ada indikasi spionase atau niat kriminal.
BACA JUGA:
Mereka dibebaskan pada Hari yang sama, yang memicu kritik ketika mereka kembali dua hari kemudian dan mengulangi perilaku yang sama.
Polisi mengatakan, foto-foto yang diambil oleh warga negara Taiwan menimbulkan risiko serius terhadap keamanan pangkalan. Sementara, gambar yang diambil warga negara China tampaknya tidak melanggar hukum.
Pihak berwenang Negeri Ginseng juga mengonfirmasi, dua remaja China sedang diselidiki karena mengambil foto pesawat tanpa izin di dekat Pangkalan Udara Suwon dan fasilitas militer AS lainnya, termasuk K-6 di Pyeongtaek, menggunakan kamera DSLR dan telepon pintar.