Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Hari Senin memperingatkan kurangnya akses langsung ke makanan dan pasokan penting meningkatkan kematian dan kelaparan di Jalur Gaza yang dilanda perang.

"Laporan hari ini menunjukkan, tanpa akses langsung ke makanan dan pasokan penting, situasi akan terus memburuk, menyebabkan lebih banyak kematian dan kelaparan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan, dilansir dari WAFA 13 Mei.

"Kita tidak perlu menunggu deklarasi kelaparan di Gaza untuk mengetahui orang-orang sudah kelaparan, sakit dan sekarat, sementara makanan dan obat-obatan hanya beberapa menit dari seberang perbatasan," urai Tedros.

Mengacu pada analisis keamanan pangan terbaru yang dirilis pada hari Senin oleh kemitraan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), WHO mengatakan: "Risiko kelaparan di Gaza meningkat dengan penahanan bantuan kemanusiaan yang disengaja, termasuk makanan, dalam blokade yang sedang berlangsung."

"Seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,1 juta jiwa menghadapi kekurangan pangan yang berkepanjangan, dengan hampir setengah juta orang berada dalam situasi bencana kelaparan, kekurangan gizi akut, kelaparan, penyakit, dan kematian. Ini adalah salah satu krisis kelaparan terburuk di dunia, yang terjadi secara langsung," jelasnya.

"Kelaparan belum diumumkan, tetapi orang-orang sekarang kelaparan. Tiga perempat penduduk Gaza berada dalam kekurangan pangan "Darurat" atau "Bencana", dua tingkat terburuk dari skala lima tingkat kerawanan pangan dan kekurangan gizi IPC," katanya.

"Sejak blokade bantuan dimulai pada 2 Maret 2025, 57 anak dilaporkan meninggal karena dampak kekurangan gizi, menurut Kementerian Kesehatan. Jumlah ini kemungkinan merupakan perkiraan yang lebih rendah dan kemungkinan akan meningkat. Jika situasi terus berlanjut, hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami kekurangan gizi akut selama sebelas bulan ke depan, menurut laporan IPC," tambahnya.