JAKARTA - Setengah juta orang di Jalur Gaza menghadapi kelaparan, kata pemantau kelaparan global pada Hari Senin, dengan mengatakan daerah kantong Palestina yang diblokade Israel itu masih menghadapi risiko kelaparan kritis yang berisiko terjadi akhir September.
Laporan terbaru Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) mengutip kemunduran signifikan dalam situasi tersebut sejak laporan terakhirnya pada bulan Oktober, yang mencerminkan peringatan dari badan-badan internasional tentang bencana yang sedang berlangsung di wilayah Palestina yang kecil dan padat penduduk itu.
Laporan itu memperkirakan, 2,1 juta orang di seluruh Gaza - kira-kira seluruh populasi - kemungkinan akan mengalami tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi pada akhir September, dengan 469.500 dari mereka diproyeksikan kemungkinan akan mencapai tingkat "bencana", dikutip dari Reuters 13 Mei.
Laporan IPC mengatakan, rencana Israel untuk menggelar operasi militer skala besar di Gaza, bersama dengan "ketidakmampuan terus-menerus" lembaga bantuan untuk mengirimkan barang dan jasa penting, berarti ada "risiko tinggi" kelaparan dalam periode proyeksi dari 11 Mei hingga 30 September.
Presiden Israel Isaac Herzog pada Hari Senin meminta masyarakat internasional untuk membantu rencana baru untuk mendistribusikan bantuan langsung kepada rakyat Gaza dan menyingkirkan Hamas dari proses tersebut.
Laporan IPC mengatakan, rencana Pemerintah Israel untuk menyalurkan bantuan "diperkirakan sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk akan makanan, air, tempat tinggal, dan obat-obatan".
"Selain itu, mekanisme distribusi yang diusulkan kemungkinan akan menciptakan hambatan akses yang signifikan bagi sebagian besar penduduk," katanya.
"Tindakan segera sangat penting untuk mencegah kematian lebih lanjut, kelaparan dan kekurangan gizi akut, serta jatuhnya bencana kelaparan," tandasnya
Israel menutup Jalur Gaza sejak awal Maret, ketika melanjutkan kampanye militernya yang menghancurkan terhadap kelompok militan Hamas setelah gagalnya kesepakatan gencatan senjata, di mana ribuan truk bantuan memasuki daerah kantong itu.
Juru bicara Pemerintah Israel David Mencer mengatakan pada Hari Senin, IPC telah "terus-menerus berbicara tentang kelaparan; kelaparan tidak pernah terjadi karena upaya Israel untuk mendapatkan lebih banyak bantuan."
Mencer mengulangi tuduhan Israel, Hamas telah menyebabkan kelaparan dengan mencuri bantuan yang seharusnya diberikan kepada warga sipil, dan telah "merekayasa krisis kemanusiaan".
Hamas membantah tuduhan ini, sebaliknya menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Diketahui, agar bencana kelaparan dapat dinyatakan, setidaknya 20 persen penduduk harus mengalami kekurangan pangan yang ekstrem, dengan satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 orang meninggal setiap hari akibat kelaparan atau kekurangan gizi dan penyakit.
Laporan tersebut memproyeksikan, hampir 71.000 kasus malnutrisi akut, termasuk 14.100 kasus parah, di antara anak-anak berusia 6 hingga 59 bulan diperkirakan akan terjadi antara April 2025 dan Maret 2026.
Laporan IPC dibuat dengan kontribusi dari badan-badan PBB, LSM, dan organisasi-organisasi lain.
Laporan tersebut "benar-benar menunjukkan situasi di Gaza telah memburuk secara dramatis dalam beberapa bulan terakhir," kata Beth Bechdol, wakil direktur Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
"Sejak 2 Maret, blokade menyeluruh telah benar-benar mencegah pengiriman pasokan kemanusiaan dan bahkan komersial yang penting," katanya kepada Reuters.
"Kita tentu dapat berasumsi bahwa jenis angka yang kita lihat dalam laporan ini hanya akan terus meningkat," katanya.
Laporan tersebut menunjukkan "ada sejumlah besar orang yang kini menghadapi kelaparan", tambahnya.
BACA JUGA:
Sambil mencatat gencatan senjata selama dua bulan telah memungkinkan pengurangan sementara kekurangan pangan akut dan kekurangan gizi, laporan IPC mengatakan blokade yang sedang berlangsung telah membalikkan situasi.
Temuan utama menunjukkan bahwa 1,95 juta orang, atau 93% dari populasi di daerah kantong pesisir tersebut, hidup dalam tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi, termasuk 244.000 orang yang mengalami tingkat kerawanan pangan paling parah, atau "bencana".
Analisis IPC pada Bulan Oktober menyebutkan 133.000 orang berada dalam kategori "bencana".