JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Ia yakin Arab Saudi akan bergabung dengan Abraham Accords — serangkaian perjanjian normalisasi yang ditengahi pemerintahan sebelumnya antara Israel dan beberapa negara Arab — dalam wawancara dengan Majalah Time yang diterbitkan pada Hari Jumat.
"Saya pikir Arab Saudi akan masuk ke dalam Abraham Accords," kata Presiden Trump kepada koresponden politik Eric Cortellessa ketika ditanya tentang rencana kunjungannya ke Riyadh bulan depan, menandai perjalanan luar negeri kedua dalam masa jabatan keduanya, melansir The Times of Israel 25 April.
"Saya pikir itu akan segera terwujud," imbuh Presiden Trump, mengacu pada perjanjian normalisasi.
Presiden Trump mengungkapkan rasa kagumnya terhadap Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan rakyat Arab Saudi, dengan menambahkan "Arab Saudi setuju untuk menginvestasikan satu triliun dolar dalam perekonomian kita."
"Saya kemudian akan pergi ke Qatar, dan saya kemudian akan pergi ke Uni Emirat Arab," lanjutnya.
Presiden Trump menyalahkan Pemerintahan Presiden Joe Biden karena menghentikan "keberhasilan luar biasa" Perjanjian Abraham.
"Mereka tidak melakukan apa pun terhadap Perjanjian Abraham. Kami memiliki empat negara di sana, semuanya sudah siap. Kami akan menyelesaikannya. Sekarang kami akan memulainya lagi," tandasnya.
Tahun lalu, Kementerian Arab Saudi menegaskan kembali sikap negara itu, tidak akan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya negara Palestina yang merdeka.
Pernyataan itu menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ketika itu, Antony Blinken.
"Kerajaan telah mengkomunikasikan posisi tegasnya kepada Pemerintah AS, tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Israel kecuali Negara Palestina merdeka diakui di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, melansir CNN.
BACA JUGA:
Syarat lainnya adalah, "Agresi Israel di Jalur Gaza terhenti dan semua pasukan pendudukan Israel mundur dari Jalur Gaza," lanjut pernyataan kementerian tersebut.
Diketahui, sebagian besar negara-negara Arab dan Islam tidak mengakui Israel, dengan pembentukan Negara Palestina adalah sikap lama Arab Saudi.
Beberapa minggu sebelum Hamas melancarkan serangannya ke selatan Israel pada 7 Oktober, Riyadh mengatakan semakin dekat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut.