Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) Jens Laerke mengatakan pada Hari Selasa, wilayah Jalur Gaza mengalami "situasi kemanusiaan terburuk" sejak dimulainya perang akibat pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel.

Hal ini disampaikan sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel selama lebih dari 50 hari, selama konferensi pers di Kantor PBB di Jenewa, Swiss.

Laerke mencatat, bantuan kemanusiaan belum mencapai Gaza selama 50 hari, dan barang-barang komersial belum mencapai Gaza bahkan lebih lama lagi.

"Di Gaza, Anda dapat melihat tren yang jelas menuju bencana total. Saat ini, situasi kemanusiaan di Gaza mungkin yang terburuk sejak dimulainya perang," katanya, melansir WAFA 23 April.

Israel diketahui memberlakukan kembali blokade total pada semua pasokan ke Gaza sejak awal Maret, meluncurkan kembali operasi militer pada 18 Maret seiring dengan berakhirnya gencatan senjata yang berlaku sejak 19 Januari, dikutip dari Reuters.

Sejak saat itu, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 1.600 warga Palestina menurut otoritas kesehatan Gaza, memaksa ratusan ribu orang telah dipaksa meninggalkan rumah saat Israel merebut apa yang disebutnya sebagai zona penyangga tanah Gaza.

Israel mengatakan blokadenya ditujukan untuk menekan militan Hamas yang menguasai Gaza agar membebaskan 59 sandera yang masih ditahan sejak serangan 7 Oktober 2023.

Hamas sendiri mengatakan siap membebaskan mereka, tetapi hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang mengakhiri perang.

Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah saat kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera, menurut perhitungan Israel.

Israel membalas itu dengan blokade, serangan udara hingga operasi militer di wilayah Gaza.

Kemarin, otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina sejak konflik pecah telah mencapai 51.266 jiwa, sementara 116.991 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

Menurut sumber yang sama, jumlah korban tewas sejak Israel memulai kembali genosida pada 18 Maret setelah gencatan senjata selama dua bulan juga telah meningkat menjadi 1.783, selain 4.683 lainnya yang terluka.