JAKARTA - Junta militer yang berkuasa di Myanmar telah memperpanjang gencatan senjata sementara dalam konfliknya dengan kelompok perlawanan sipil bersenjata hingga 30 April, dalam upaya untuk mempercepat upaya bantuan dan pembangunan kembali setelah gempa bumi dahsyat bulan lalu, lapor media pemerintah Hari Selasa.
Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter akhir bulan lalu, yang berpusat di dekat Kota Mandalay di Myanmar, telah menewaskan lebih dari 3.700 orang, meratakan masyarakat dan melumpuhkan infrastruktur negara itu.
Media pemerintah mengatakan, pemimpin junta Jenderal Senior Min Aung Hlaing memperpanjang gencatan senjata awal selama 20 hari, yang diserukan oleh junta pada tanggal 2 April, "sebagai bentuk simpati dan pengertian bagi rakyat negara yang terkena dampak gempa bumi Mandalay," dikutip dari Reuters 22 April.
Meskipun gencatan senjata telah diumumkan pada awal April, junta tetap melanjutkan operasi militer di beberapa wilayah, termasuk serangan udara, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok-kelompok lain.
Pekan lalu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang memimpin presidensi ASEAN tahun ini, mengadakan pembicaraan tingkat tinggi yang langka dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan kelompok perlawanan utama, dalam upaya untuk menghentikan pertempuran yang sedang berlangsung dan mendukung operasi bantuan kemanusiaan.
BACA JUGA:
Diketahui, Myanmar dilanda konflik sejak kudeta militer tahun 2021 yang menggulingkan pemerintahan sipil terpilih pimpinan peraih Nobel Aung San Suu Kyi, memicu gerakan protes besar-besaran yang berkembang menjadi perang saudara nasional.