SUKABUMI – Hujan deras yang mengguyur wilayah Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Sabtu malam, 19 April 2025, kembali menyebabkan banjir di sejumlah titik. Selain merendam permukiman dan melumpuhkan akses jalan utama, peristiwa ini juga menelan satu korban jiwa.
Korban bernama Entis Sutisna (49), warga Kampung Cempaka Putih, Kecamatan Palabuhanratu. Ia dilaporkan meninggal dunia setelah terpeleset saat mengendarai sepeda motor di sekitar jembatan belakang Kantor Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Sukabumi, salah satu kawasan yang terdampak banjir paling parah.
Lurah Palabuhanratu, Yadi Supriadi, membenarkan kejadian nahas tersebut. Menurut keterangan saksi mata, korban tengah melintasi area banjir dengan sepeda motornya saat tiba-tiba terpeleset dan jatuh. Dalam kondisi tersebut, korban mengalami kejang-kejang dan langsung mendapat pertolongan dari warga sekitar.
“Setelah diperiksa oleh bidan setempat, korban dinyatakan telah meninggal dunia,” ujar Yadi saat dikonfirmasi, Minggu 20 April.
Peristiwa ini menambah panjang daftar korban akibat bencana banjir di wilayah Palabuhanratu dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi geografis yang rentan serta kurang optimalnya sistem drainase menjadi penyebab utama terulangnya banjir di daerah tersebut.
Yadi menjelaskan bahwa banjir disebabkan oleh luapan air sungai yang mengalami pendangkalan. Sungai yang seharusnya mampu menampung debit air hujan justru meluap ke permukiman warga akibat sedimentasi yang tinggi dan kurangnya upaya normalisasi.
“Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya. Pendangkalan sungai yang tidak tertangani menjadi pemicu utama banjir yang terus berulang setiap musim hujan,” tambahnya.
Ia berharap pemerintah daerah maupun pusat segera melakukan normalisasi sungai dan peningkatan infrastruktur pengendali banjir agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
Selain menyebabkan korban jiwa, banjir juga mengganggu mobilitas warga. Beberapa ruas jalan utama seperti Jalan Cangehgar dan Jalan Bhayangkara terendam air dengan ketinggian bervariasi, memaksa sejumlah kendaraan untuk memutar arah atau bahkan mogok setelah nekat menerobos genangan.
Situasi tersebut menyebabkan kemacetan panjang dan gangguan aktivitas masyarakat, terutama yang harus melakukan perjalanan pada malam hari.
Hingga Minggu pagi, sejumlah warga yang rumahnya terdampak masih memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Warga berharap ada penanganan cepat dari pemerintah daerah, tidak hanya dalam bentuk bantuan darurat, tetapi juga upaya konkret pencegahan banjir ke depan.
BACA JUGA:
Warga menilai penanganan banjir selama ini belum menyentuh akar permasalahan. Selain faktor curah hujan ekstrem, pendangkalan sungai, buruknya saluran air, dan maraknya alih fungsi lahan turut memperburuk kondisi.
“Kami minta sungai segera dinormalisasi. Jangan tunggu sampai ada korban lagi,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.
Peristiwa banjir di Palabuhanratu ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana, terutama di wilayah-wilayah rawan yang sudah memiliki riwayat kejadian serupa. Pemerintah diharapkan segera bertindak cepat agar masyarakat tidak terus-menerus menjadi korban setiap musim hujan datang.