JAKARTA - Veteran Angkatan Udara Israel (IAF) yang mempelopori petisi yang menuntut pengembalian sandera di Jalur Gaza, Palestina, meski harus mengorbankan perang melawan Hamas sepenuhnya, mengadakan konferensi pers di Tel Aviv.
"Seluruh cerita ini berubah menjadi sesuatu yang lebih besar dan lebih dramatis dari yang kami duga," kata Guy Poran, salah satu penggagas surat tersebut, dilansir dari The Times of Israel 11 April.
"Subjeknya bukan angkatan udara dan bukan pilot, tetapi 59 sandera yang seharusnya dibebaskan beberapa waktu lalu. Kami, seperti mayoritas rakyat, percaya mereka harus dikembalikan sekarang, bahkan dengan mengorbankan perang," lanjutnya.
Amnon Sharabi, penanda tangan lainnya, mengatakan, "Surat itu mengungkapkan perasaan sebagian besar masyarakat."
Sharabi mencatat, beberapa pendukung Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah melancarkan serangan daring terhadap sandera yang dibebaskan, Liri Albag, atas kritiknya terhadap perdana menteri dalam masalah tersebut.
"Ada kalanya Anda harus membatalkan keputusan yang buruk. Keluarga sandera melihat tahap kedua (gencatan senjata Januari) sebagai tahap saat semua orang akan dibebaskan, dan kapten memilih cara yang berbeda, cara yang jauh lebih lama," katanya.
Diberitakan sebelumnya, hampir 1.000 veteran Angkatan Udara Israel, sebagian besar dari mereka sudah pensiun, menerbitkan surat petisi pada hari Kamis.
Surat tersebut tidak menyerukan penolakan umum untuk bertugas, seperti yang telah dilaporkan sebelumnya. Sebaliknya, mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pembebasan sandera daripada kelanjutan perang di Gaza, yang menurut para penandatangannya sekarang melayani "kepentingan politik dan pribadi" daripada keamanan nasional.
BACA JUGA:
Setelah penerbitannya, Kepala IAF Mayjen Tomer Bar, bersama dengan Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir, mengajukan permohonan untuk memberhentikan para prajurit cadangan aktif yang menandatangani surat tersebut, dengan IDF mengatakan mereka tidak keberatan dengan prajurit cadangan yang memprotes masalah apa pun dalam kehidupan sipil mereka, selama mereka melakukannya tanpa menggunakan nama militer atau peran mereka.