JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky pada Hari Kamis menuduh Rusia bekerja secara sistematis di Tiongkok merekrut pejuang untuk perang di Ukraina, beberapa hari setelah mengumumkan pasukannya telah menangkap dua pria warga negara Tiongkok yang bertempur untuk Moskow.
"Sangat jelas bahwa ini bukanlah kasus yang terisolasi, melainkan upaya sistematis Rusia, khususnya di wilayah dan dalam yurisdiksi Tiongkok, untuk merekrut warga negara tersebut untuk perang," tulis Presiden Zelensky di X, merujuk pada orang-orang yang ditangkap, dilansir dari Reuters 11 April.
Presiden Zelensky mengunggah rekaman interogasi dengan salah satu dari mereka, yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh Reuters.
"Segala hal yang diperlukan harus dilakukan untuk memastikan bahwa Rusia tidak memiliki peluang seperti itu dan yang serupa untuk memperpanjang dan memperluas perang," tambah Presiden Zelensky.
Di Moskow, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah klaim Presiden Zelensky dan menggambarkan Beijing mengambil "posisi yang seimbang".
Kemarin, Tiongkok telah memperingatkan Ukraina agar tidak membuat pernyataan "tidak bertanggung jawab", setelah Presiden Zelensky mengatakan intelijen Ukraina telah mengungkapkan sedikitnya 155 warga Tiongkok bertempur untuk Rusia.
Tiongkok, yang telah menyatakan kemitraan "tanpa batas" dengan Rusia, telah mencoba memposisikan dirinya sebagai aktor dalam upaya untuk menegosiasikan akhir perang.
"Saya ingin menegaskan kembali bahwa Tiongkok bukanlah pemrakarsa krisis Ukraina, dan Tiongkok juga bukan pihak yang berpartisipasi. Kami adalah pendukung kuat dan promotor aktif penyelesaian krisis secara damai," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian.
BACA JUGA:
"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk memahami dengan benar dan bijaksana peran Tiongkok dan tidak mengeluarkan pernyataan yang tidak bertanggung jawab," katanya dalam konferensi pers rutin.
Lin menegaskan kembali, Pemerintah China selalu meminta warganya untuk menjauh dari zona konflik bersenjata, "dan khususnya untuk tidak berpartisipasi dalam aksi militer di kedua belah pihak".