Bagikan:

JAKARTA - Pangkalan udara Rusia di Hmeimim di Suriah menampung sekitar 9.000 orang yang mencari perlindungan dari gelombang kekerasan sektarian.

Hmeimim adalah salah satu dari dua pangkalan militer di Suriah yang ingin dipertahankan Rusia meskipun sekutunya, mantan presiden Bashar al-Assad, digulingkan oleh pemberontak Islam pada Desember.

"Mereka mencari perlindungan, hanya karena mereka tahu bahwa ini masalah hidup dan mati," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova dilansir Reuters, Kamis, 13 Maret.

Sebagian besar warga sipil yang berlindung di sana adalah perempuan dan anak-anak.

Kekerasan sektarian di Suriah membuat bentrokan pasukan keamanan pemerintah baru yang dipimpin kaum Islamis dengan para pejuang dari kelompok minoritas Alawi Assad.

Ratusan warga sipil Alawi tewas dalam apa yang menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia sebagai pembalasan atas serangan terhadap pasukan keamanan.

Jatuhnya Assad, yang telah didukung Moskow selama bertahun-tahun dalam perang saudara Suriah, telah memberikan pukulan berat bagi kepentingannya di Timur Tengah.

Rusia sedang mencoba membangun hubungan dengan kepemimpinan baru Suriah di bawah presiden sementara Ahmed al-Sharaa, dan masa depan pangkalan Hmeimim dan fasilitas angkatan laut Tartous masih belum jelas.

Zakharova mengatakan Rusia melakukan segala hal untuk menjamin keselamatan warga negaranya dan fasilitasnya di Suriah, dan secara aktif berhubungan dengan negara-negara Arab, Turki, dan Iran untuk mencoba memastikan stabilisasi jangka panjang negara tersebut.

Rusia terkejut dengan kekerasan tersebut dan berharap para pelaku akan dihukum.