Bagikan:

JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir mengatakan dunia butuh kepemimpinan yang berani dan keputusan yang tegas, saat tantangan global semakin kompleks, menyerukan strategi kolektif negara-negara forum kerja sama G20.

Itu disampaikan Wamenlu Tata dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting (G20 FMM) yang membahas tujuan jangka panjang serta refleksi dua dekade perjalanan organisasi tersebut.

G20 FMM kali ini digelar pada 20-21 Februari di Johannesburg, Afrika Selatan. The Rainbow Nation memegang Presidensi G20 sejak 1 Desember 2024 hingga 30 November dengan mengusung tema "Global Solidarity, Equality, and Sustainability".

Dalam pidatonya di G20 FMM kali ini Wamenlu Tata menekankan, perekonomian dunia yang rapuh, meningkatnya bencana iklim serta ketimpangan sosial yang semakin melebar membutuhkan langkah konkret dan terkoordinasi.

Wamenlu Tata mengatakan, ada empat hal yang disoroti Indonesia terkait G20 dan situasi global saat ini. Pertama, G20 membutuhkan strategi kolektif yang berkelanjutan dan berdampak nyata.

"Tantangan global tidak bisa diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Kita memerlukan peta jalan yang menempatkan kesejahteraan manusia, perlindungan lingkungan, dan kemakmuran bersama sebagai prioritas utama," jelas Wamenlu Tata dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, seperti dikutip 23 Februari.

Selanjutnya, Wamenlu Tata mengangkat pentingnya memperkuat ketahanan terhadap krisis. Dunia menghadapi ancaman krisis multidimensi, dari perubahan iklim hingga gejolak

ekonomi.

Untuk itu, Wamenlu Tata menyoroti perlunya sistem peringatan dini yang lebih kuat, investasi terhadap infrastruktur yang resilien, serta mekanisme pembiayaan berkelanjutan

untuk negara-negara rentan bencana.

"Tidak boleh ada negara yang terpaksa memilih antara membayar utang atau memastikan perlindungan bagi rakyatnya," tegas Wamenlu Tata.

Lebih jauh Wamenlu RI menyerukan mobilisasi pembiayaan untuk mempercepat transisi energi,

termasuk melalui investasi public-private partnership.

"Kita harus memastikan transisi energi tidak memperdalam kesenjangan global, tetapi justru menciptakan peluang pertumbuhan yang inklusif," jelasnya.

Terakhir, Wamenlu Tata mendorong G20 dapat menjadi platform aksi, bukan sekadar forum diskusi. G20 harus menjadi katalis perubahan dengan komitmen yang terukur dan transparan. Wamenlu Tata mendorong aksi nyata dalam memperkuat rantai pasok global, mempercepat inklusi digital, serta membangun ekonomi hijau yang berkeadilan.

"Kegagalan G20 untuk beradaptasi hanya akan menjadikannya forum tanpa dampak nyata," kata Wamenlu Tata memperingatkan.

Menutup pidatonya, Wamenlu Tata menggarisbawahi dunia saat ini membutuhkan kepemimpinan yang berani dan keputusan yang tegas.

"Sekarang adalah waktunya untuk berani mengambil keputusan dan menunjukkan dampak nyata. Indonesia siap memainkan perannya dalam memastikan G20 tetap relevan dan menjadi penggerak perubahan global," pungkasnya.

Dalam pembahasan review of the work of G20, beberapa delegasi mengusulkan penyederhanaan kerja dan mendorong G20 untuk lebih efektif dan fokus pada hal-hal yang mejadi prioritas tinggi.

Selain itu, isu Artificial Intelligence (AI), data governance dan inovasi dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan juga menjadi perhatian.