Bagikan:

JAKARTA – Regenerasi kepemimpinan menjadi sorotan dalam Kongres ke-18 Muslimat NU  yang berlangsung di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur. Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU DKI Jakarta, Hj. Hizbiyah Rochim, menegaskan pentingnya kaderisasi untuk membesarkan organisasi Muslimat Nahdlatul Ulama di masa depan.

Dalam Sidang Pleno VIII yang membahas Pandangan Umum, Hizbiyah Rochim menyoroti perlunya kesinambungan kepemimpinan agar Muslimat NU terus berkembang. Menurutnya, banyak kader yang memiliki kapasitas mumpuni untuk menjalankan kepemimpinan di berbagai tingkatan.

“Muslimat NU memiliki banyak kader yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kesiapan di berbagai bidang, regenerasi kepemimpinan bukan sesuatu yang sulit untuk diwujudkan,” ujar Hizbiyah Rochim, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI    Kamis 13 Februari.

Regenerasi Sesuai Tantangan dan Arahan PBNU

Hizbiyah menjelaskan bahwa regenerasi kepemimpinan perlu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, perkembangan dinamika dan tantangan organisasi yang terus berubah. Kedua, arahan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Selasa 11 Februari, yang menyebutkan bahwa Muslimat NU harus menggabungkan kearifan dengan kelincahan gerak dalam menghadapi tantangan.

Hizbiyah Rochim dan kader  Muslimat NU Jakarta. (Dok VOI)
Hizbiyah Rochim dan kader Muslimat NU Jakarta. (Dok VOI)

Sebagai bentuk apresiasi, Hizbiyah juga menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU atas Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Masa Khidmat 2016-2024. Ia mengapresiasi pencapaian program serta kinerja organisasi selama periode tersebut.

Pesan KH Wahab Chasbullah tentang Kaderisasi

Dalam pidatonya, Hizbiyah mengutip pesan KH. Wahab Chasbullah, Rais 'Aam PBNU periode 1947-1971, yang menegaskan bahwa kaderisasi adalah ruh dan nyawa bagi Muslimat NU.

“Jadilah seperti ikan yang hidup. Selama masih memiliki ruh, biarpun hidup di laut yang penuh garam, dagingnya tetap tawar, tidak menjadi asin,” ucapnya mengutip KH. Wahab Chasbullah.

Ia juga menegaskan bahwa kaderisasi bukan berarti meninggalkan kepemimpinan Khofifah Indar Parawansa, melainkan menjadi bagian dari kesinambungan organisasi yang lebih kuat.

LPJ dan Harapan Khofifah Indar Parawansa

Dalam penyampaian LPJ, Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, menjelaskan bahwa Kongres ke-18 Muslimat NU awalnya direncanakan pada Agustus 2023, namun diundur hingga Desember 2024 karena adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024. Akhirnya, Kongres Muslimat NU dijadwalkan paling lambat pada Maret 2025.

Khofifah juga menyampaikan permohonan maaf jika masih ada hal yang belum maksimal dalam kepemimpinannya.

“Mudah-mudahan apa yang telah kita lakukan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Muslimat NU senantiasa mendapatkan kasih sayang dan keberkahan, baik dalam keluarga, rezeki, maupun umur. Semoga Allah membuka pintu ampunan bagi kita semua,” pungkasnya.