Bagikan:

SURABAYA - Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menekankan pentingnya penyesuaian struktural dan fungsional antara NU dan Muslimat NU. Alasannya, dinamika sosial saat ini menuntut hubungan yang lebih seimbang dan dialogis.

Hal itu disampaikan Gus Yahya dalam Kongres XVIII Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada 11-16 Februari 2025. Kongres bertema

"Merawat Tradisi, Menguatkan Kemandirian & Meneduhkan Peradaban" ini dihadiri perwakilan Muslimat NU dari seluruh Indonesia serta beberapa negara lainnya.

Acara ini bukan sekadar pertemuan rutin, tetapi juga menjadi momentum strategis untuk meredefinisi peran Muslimat NU abad ke-21 dan memperkuat kemandirian anggotanya.

Selain menyoroti penyesuaian struktural dan fungsional antara NU dan Muslimat NU, KH Yahya Cholil Staquf juga menekankan perlunya kemitraan harmonis antara kiai dan nyai. Apalagi, peran perempuan dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan organisasi semakin diakui.

"Komunikasi antara NU dan Muslimat NU perlu lebih seimbang dan dialogis. Struktur kaderisasi harus saling berefleksi dan menjadi tandem satu sama lain," ujar KH Yahya Cholil Staquf, Selasa 11 Februari.

Kongres XVIII Muslimat NU menitikberatkan pada penguatan kemandirian di berbagai sektor, terutama ekonomi dan pemberdayaan perempuan. Selain itu, kongres ini juga membahas isu-isu strategis, seperti peran perempuan dalam menjaga tradisi keagamaan, kontribusi Muslimat NU dalam pembangunan nasional, dan strategi menghadapi tantangan global di era modern.

Hasil kongres ini akan menjadi pedoman bagi Muslimat NU dalam menjalankan program-program ke depan, serta memperkuat organisasi sebagai kekuatan utama perempuan di Indonesia. Muslimat NU terus berkomitmen untuk beradaptasi dan berinovasi, memastikan peran strategisnya dalam memajukan peradaban bangsa, selain penyesuaian struktural dan fungsional dengan NU.