Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon mengatakan sejarah pers dan budaya bangsa memiliki keterikatan. Hal itu ia ungkap saat menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional di Banjarbaru, Kalsel.

Fadli mengatakan kehidupan wartawan senantiasa beririsan dengan seni budaya.

"Banyak tokoh pers nasional juga berkarya di bidang seni budaya," kata menbut mengutip ANTARA pada Minggu, 9 Februari.

Menurutnya, apa yang direfleksikan di dunia pers selama ini, kemudian dituangkan dalam karya di bidang kesenian atau kebudayaan.

Dia menyebut beberapa tokoh pers nasional, seperti Djamaluddin Adinegoro, sosok wartawan dan sastrawan yang dianugerahi gelar Perintis Pers Indonesia.

Kemudian, Mochtar Lubis, seorang jurnalis dan novelis Indonesia yang turut mendirikan Indonesia Raya dan majalah sastra bulanan Horison.

Bahkan, Mochtar pernah beberapa kali dipenjara karena mengkritik Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto melalui karya jurnalistiknya.

"Jadi, seorang wartawan sedari dulu sejatinya pejuang di setiap zamannya, membela kepentingan publik dari kebijakan yang tak berpihak kepada rakyat," kata Fadli Zon.

Begitu juga dibentuknya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946, kala itu melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan membela kedaulatan serta kehormatan negara.

Hingga akhirnya, pada 23 Januari 1985 Presiden Soeharto menetapkan Hari Pers Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985 diadopsi dari hari lahir PWI, yakni 9 Februari.

Fadli Zon mewakili Presiden Prabowo Subianto menjadi tamu kehormatan di acara puncak peringatan HPN 2025 dengan tuan rumah Kalimantan Selatan.

Dua ribu lebih wartawan hadir dari seluruh penjuru Tanah Air dengan semangat sama untuk meneguhkan peran pers menjaga kedaulatan bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.