JAKARTA - Ribuan pengunjuk rasa membakar rumah pemimpin pendiri Bangladesh ketika putrinya, mantan perdana menteri terguling Sheikh Hasina, meminta para pendukungnya untuk menentang pemerintah sementara.
Negara Asia Selatan berpenduduk 170 juta jiwa ini telah berjuang menghadapi perselisihan politik sejak Hasina terpaksa mengungsi ke negara tetangga India pada bulan Agustus setelah berminggu-minggu protes terhadap pemerintahannya yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Dilansir Reuters, Kamis, 6 Februari, saksi mata mengatakan ribuan pengunjuk rasa, beberapa bersenjatakan tongkat, palu dan peralatan lainnya, berkumpul di sekitar rumah bersejarah dan monumen kemerdekaan.
Sementara yang lain membawa derek dan ekskavator untuk menghancurkan bangunan tersebut pada Rabu malam.
Pembongkaran berlanjut hingga Kamis, dengan sebagian besar bagian depan rumah hancur. Banyak orang terlihat membobolnya dan mengambil barang-barang baja dan kayu serta buku dari dalam.
Unjuk rasa ini digelar bersamaan dengan seruan yang lebih luas, yang dijuluki "Proses Buldoser", untuk mengganggu pidato online Hasina yang dijadwalkan pada Rabu malam.
Para pengunjuk rasa, banyak yang tergabung dalam kelompok “Mahasiswa Melawan Diskriminasi”, menyuarakan kemarahan atas pidato Hasina yang mereka anggap sebagai tantangan terhadap pemerintahan sementara yang baru dibentuk.
Dipimpin oleh peraih Nobel Muhammad Yunus, pemerintah telah berjuang untuk menegakkan hukum dan ketertiban ketika protes dan kerusuhan terus berlanjut.
Para pengunjuk rasa menyerang simbol-simbol pemerintahan Hasina, termasuk rumah ayahnya, Sheikh Mujibur Rahman, yang pertama kali dibakar pada bulan Agustus.
BACA JUGA:
Sebagaiimbol kemapanan negara, rumah ini adalah tempat Mujibur Rahman mendeklarasikan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.
Dia dan sebagian besar keluarganya dibunuh di rumah tersebut pada tahun 1975. Hasina, yang selamat dari serangan tersebut, mengubah bangunan tersebut menjadi museum yang didedikasikan untuk warisan ayahnya.
“Mereka boleh merobohkan sebuah bangunan, tapi sejarahnya tidak. Sejarahlah yang membalas dendam,” kata Hasina dalam pidatonya, Rabu.
Dia mendesak rakyat Bangladesh untuk menentang pemerintah sementara, dan menuduh mereka merebut kekuasaan dengan cara yang tidak konstitusional.
Kantor pers Yunus mengatakan serangan pengunjuk rasa terhadap kediaman Mujibur Rahman "tidak disengaja dan tidak diinginkan", dan menyebutnya sebagai respons terhadap "perilaku kekerasan" Hasina.
“Syekh Hasina telah menghina dan mempermalukan mereka yang mengorbankan diri mereka dalam pemberontakan bulan Juli,” katanya dalam pernyataan.
“Sheikh Hasina mengancam akan menciptakan ketidakstabilan di negara ini.”