JAKARTA - Operasi militer Israel di Jenin telah mengubah kamp pengungsi Tepi Barat menjadi apa yang oleh penduduk dan beberapa pejabat digambarkan sebagai kota hantu.
Serangan Israel menyebabkan kehancuran dalam skala yang belum pernah terjadi di sana selama lebih dari 20 tahun.
Militer Israel mengatakan serangan besar-besaran itu bertujuan untuk menekan kelompok militan yang didukung Iran di Jenin, sebuah kota Palestina di utara Tepi Barat yang diduduki Israel.
Dua minggu setelah operasi militer dimulai, sebagian besar Jenin menjadi sepi.
Ribuan warga Palestina meninggalkan rumah mereka, hanya membawa apa yang bisa mereka bawa, setelah Israel menyuruh mereka pergi melalui drone yang dilengkapi pengeras suara.
Setelah menghancurkan jalan raya dan infrastruktur lainnya, pasukan Israel menghancurkan beberapa bangunan pada akhir pekan, menyebabkan ledakan keras.
“Kami tinggal di rumah sampai drone mendatangi kami dan mulai memanggil kami untuk mengosongkan rumah dan meninggalkan lingkungan sekitar karena mereka ingin melakukan ledakan,” kata Khalil Huwail, 39 tahun, ayah dari empat anak yang pergi bersama keluarganya dilansir Reuters, Selasa, 4 Februari.
“Kami tinggalkan dengan pakaian yang kami kenakan. Kami tidak boleh membawa apa-apa, itu dilarang,” ujarnya. “Kamp itu benar-benar kosong,” imbuhnya.
Setelah buldoser dan kendaraan lapis baja dikerahkan di dekat rumahnya, warga berjalan dengan susah payah menyusuri jalan raya yang dipenuhi puing-puing menuju tempat berkumpul di mana kendaraan Bulan Sabit Merah telah menunggu.
Militer Israel mengatakan mereka telah menghancurkan 23 bangunan dan akan terus beroperasi untuk menggagalkan teror jika diperlukan.
Dari lereng bukit yang menghadap ke kamp, hanya sedikit yang terlihat selain kepulan asap dan tentara yang bergerak di antara tembok-tembok rumah yang terbakar hitam.
Operasi tersebut, yang merupakan tahap terakhir dari serangan yang diluncurkan bulan lalu, dimulai setelah gencatan senjata dimulai dalam perang Israel di Jalur Gaza dengan kelompok militan Islam Hamas.
UNRWA, badan bantuan Palestina PBB, mengatakan penghancuran di Jenin “merusak gencatan senjata rapuh yang dicapai di Gaza, dan berisiko menimbulkan eskalasi baru”.
Kamp pengungsi yang disebut sudah lama menjadi markas kelompok militan termasuk Hamas dan Jihad Islam, telah berulang kali digerebek selama bertahun-tahun – tidak hanya oleh militer Israel tetapi juga oleh pemerintah Palestina.
Gubernur Jenin Kamal Abu al-Rub mengatakan operasi terakhir di kamp tersebut hanya menyisakan sekitar 100 orang dari 3.490 keluarga yang berada di sana sebelumnya.
“Situasinya lebih buruk dibandingkan apa yang terjadi pada tahun 2002 karena jumlah pengungsi lebih sedikit,” katanya kepada Reuters.