JAKARTA - Wakil Presiden Iran untuk Urusan Strategis Mohammad Javad Zarif berharap Presiden AS Donald Trump akan memilih "rasionalitas" dalam berurusan dengan Republik Islam. Zarif menegaskan Teheran tidak pernah mencoba senjata nuklir.
Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Zarif mengatakan Iran tidak menimbulkan ancaman keamanan bagi dunia.
“Saya berharap kali ini, ‘Trump 2’ akan lebih serius, lebih fokus, dan lebih realistis,” kata Zarif dilansir Reuters, Rabu, 22 Januari.
Pada tahun 2018, Presiden Trump saat itu mengingkari perjanjian nuklir Teheran tahun 2015 dengan negara-negara besar dan menerapkan kembali sanksi keras AS sebagai bagian dari kebijakan “tekanan maksimum” terhadap negara tersebut.
Sebagai respons, Teheran melanggar perjanjian tersebut dengan beberapa cara termasuk dengan mempercepat pengayaan uraniumnya.
Trump berjanji untuk kembali ke kebijakan yang dia ambil pada masa jabatan sebelumnya yang berupaya menggunakan tekanan ekonomi untuk memaksa negara tersebut menegosiasikan kesepakatan mengenai program nuklir, program rudal balistik, dan kegiatan regionalnya.
BACA JUGA:
Kekhawatiran telah berkembang di kalangan pengambil keputusan utama Iran, Trump pada masa jabatannya yang kedua mungkin akan memberikan wewenang kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menyerang situs-situs nuklir Iran dan pada saat yang sama semakin memperketat sanksi AS terhadap industri minyak Iran.
Kekhawatiran tersebut ditambah dengan meningkatnya kemarahan dalam negeri atas krisis ekonomi, dapat mendorong Teheran untuk terlibat dalam negosiasi dengan pemerintahan Trump mengenai nasib program nuklirnya yang berkembang pesat.