JAKARTA - Basarnas mengusulkan dibentuk petugas pencarian dan pertolongan atau SAR satu atap untuk merespons cepat setiap laporan peristiwa bencana di kawasan terluar, seperti wilayah Indonesia bagian timur.
"Usulan ini akan disampaikan secara khusus kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan kementerian/ lembaga teknis lainnya dalam waktu dekat," kata Kepala Basarnas Kusworo saat ditemui seusai acara peluncuran Quick Action TV Basarnas di Jakarta, Jumat 29 November, disitat Antara.
Ia menjelaskan, petugas SAR satu atap yang dimaksud adalah menggabungkan personel Basarnas dalam satu kantor dengan personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan sejumlah potensi SAR lainnya di setiap kabupaten/kota.
Basarnas menilai usulan ini penting untuk segera direalisasikan, sehingga personel Basarnas bisa saling berbagi pengalaman seputar pencarian dan pertolongan korban bencana, termasuk pemanfaatan peralatan perlengkapan yang dibutuhkan.
"Mereka akan sangat diandalkan untuk merespons cepat laporan peristiwa bencana. Tetapi sedikit permasalahannya mereka (BPBD) yang ada, kadang kompetensinya gak masuk untuk SAR, sehingga masih kerap harus menunggu tim Basarnas dulu padahal pertolongan harus cepat," ujar Kusworo.
BACA JUGA:
Kusworo mengakui keterbatasan jumlah personel, peralatan, dan bentang alam yang luas juga ekstrem, masih menjadi tantangan bagi Basarnas untuk merespons dengan cepat penanganan darurat bencana alam maupun non-alam, seperti kecelakaan transportasi di Indonesia timur.
Basarnas saat ini baru memiliki 11 Kantor SAR yang tersebar pada sejumlah kota besar di Indonesia bagian timur, dari total sebanyak 43 perwakilan Kantor SAR yang ada, sehingga upaya penanganan pertama kejadian bencana mengandalkan potensi SAR setempat seperti BPBD ataupun TNI/Polri.
Kondisi ini sebagaimana yang terjadi dalam peristiwa banjir disertai tanah longsor yang menewaskan lima warga di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, dan kebakaran kapal cepat di Pelabuhan Regional Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, yang mengakibatkan lima orang penumpang meninggal dunia, termasuk mantan Bupati Pulau Morotai Benny Laos belum lama ini.
Basarnas kesulitan merespons kedua peristiwa itu karena jauhnya jarak antara Kantor SAR terdekat ke lokasi kejadian yang membutuhkan waktu sekitar 18-20 jam perjalanan, sehingga peristiwa tersebut ditangani oleh petugas kepolisian, TNI, dan BPBD setempat, yang notabene kurang memahami teknik SAR.
"Evaluasi kami lakukan, sehingga ke depan lebih baik lagi dan quick action penting karena peluang atau golden time-nya bagi korban bencana ditemukan dalam keadaan selamat hanya 3x24 jam setelah kejadian," kata Kusworo.