Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti fenomena "gig economy" atau ekonomi serabutan yang berpotensi menjadi tren perekonomian ke depan di mana perusahaan akan lebih memilih merekrut pekerja lepas atau independen.

"Gig economy". Hati-hati dengan ini, ekonomi serabutan, ekonomi paruh waktu. Kalau tidak dikelola dengan baik, ini akan menjadi tren. Perusahaan lebih memilih pekerja independen, perusahaan lebih memilih pekerja yang freelance," kata Presiden Jokowi pada pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 dilansir ANTARA, Kamis, 19 September.

Presiden mengatakan, tren ekonomi serabutan itu akan membuat perusahaan lebih memilih pekerja dengan kontrak jangka pendek, seperti freelancer, demi mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi.

Presiden menjelaskan ekonomi serabutan juga bisa memperkerjakan seseorang di dalam negeri maupun luar negeri. Dengan begitu, kesempatan kerja menjadi semakin sempit dan berkurang.

Kepala Negara pun berharap kongres dan seminar ISEI 2024 bisa memberikan kajian hingga rencana taktis untuk menyiapkan strategi terkait situasi perekonomian di masa depan.

"Itu hal-hal yang taktis seperti ini, yang kita perlukan. Bukan rencana makro yang sulit diimplementasikan dalam situasi yang sangat sulit," kata Presiden.

Presiden Jokowi juga menekankan lapangan kerja juga dihadapkan pada tantangan sistem otomasi di berbagai sektor.

Dengan adanya otomasi mekanik, kemudian kecerdasan buatan (artificial intelligence) mengakibatkan setidaknya 85 juta pekerjaan hilang pada 2025.

"Awal kita hanya otomasi mekanik, kemudian sekarang AI (kecerdasan buatan), muncul otomasi analitik, setiap hari muncul hal-hal yang baru dan kalau kita baca 2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta pekerjaan akan hilang, 85 juta. Jumlah yang tidak kecil, kita dituntut untuk membuka lapangan kerja justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor," ungkap Jokowi.