JAKARTA - Ketua DPR Puan Maharani mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan komprehensif menyusul ditemukannya puluhan warga yang terserang virus antraks setelah mengonsumsi daging sapi. Penanggulangan permasalahan ini tak cukup sisi penanganan dan pengawasan, tapi juga perlu ada upaya dari sisi sosial ekonomi.
"Pemerintah harus berperan aktif dalam melakukan pengawasan terhadap kesehatan hewan ternak. Inspeksi peternakan secara teratur dan pengujian laboratorium yang akurat dapat membantu mendeteksi penyakit dengan cepat," ucap Puan, Rabu 5 Juli.
Seperti diketahui virus antraks tengah mewabah di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), setelah ditemukannya kembali kasus antraks yang menyerang manusia. Sejauh ini, sudah terdapat 93 warga Gunungkidul yang positif antraks.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan adanya dua kasus kematian di Gunungkidul yang teridentifikasi suspek antraks. Dua kasus tersebut terjadi dalam kurun waktu dua bulan dan dilaporkan pada 23 Juni 2023.
Dugaan penyebab penularan antraks di Gunungkidul sejauh ini mengarah pada sapi milik warga sekitar yang mati lalu disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan kepada warga untuk dikonsumsi bersama. Puan pun mengingatkan pentingnya peran dari Pemerintah Daerah terhadap pengawasan hewan ternak warga, apalagi untuk wilayah yang endemi antraks.
"Pemerintah Daerah seharusnya melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap hewan ternak. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya yang memiliki hewan ternak, juga perlu digalakkan sehingga bisa menambah awareness mereka,” tutur mantan Menko PMK tersebut.
Menyikapi mewabahnya antraks di Gunungkidul, Puan meminta seluruh Pemda melakukan pemeriksaan kondisi seluruh hewan ternak jenis sapi, kambing, dan domba yang rentan terjangkit antraks. Terutama untuk daerah-daerah di DIY dan sekitarnya.
“Penularan virus antraks pada hewan ternak memiliki konsekuensi serius bagi manusia. Masalah ini harus jadi perhatian serius Pemerintah. Jangan sampai ada lagi korban jiwa akibat penyakit tersebut,” tegas Puan.
Puan juga mengingatkan kerja sama lintas kementerian/lembaga dalam mengatasi wabah antraks. Kerja sama tersebut harus sampai ke tingkat daerah antar dinas seperti Dinas Pertanian dan Pangan (DPP), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan instansi terkait lainnya.
“Karena virus ini tidak hanya mengancam kesehatan hewan ternak itu sendiri, tetapi juga membahayakan manusia yang mengonsumsi produk hewan yang terinfeksi. Apalagi ini sudah sampai ada korban jiwa,” tukasnya.
BACA JUGA:
Virus antraks yang disebabkan oleh spesies bakteri bernama Bacillus Anthracis dapat menyerang berbagai hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau. Bakteri ini menginfeksi hewan melalui paparan lingkungan yang terkontaminasi, seperti tanah atau rumput yang telah terkontaminasi dengan spora antraks.
Saat mengonsumsi daging hewan ternak yang terpapar virus antraks, manusia dapat terserang penyakit serius yang mempengaruhi saluran pencernaan, pernapasan, atau kulit manusia. Gejalanya dapat bervariasi mulai dari demam, sesak napas, nyeri perut, hingga luka terbuka yang parah.
"Pemerintah dan otoritas kesehatan setempat juga berperan penting dalam mengatasi bahaya ini. Mereka harus bekerja sama dengan peternak, pemilik peternakan, dan komunitas terkait untuk memastikan langkah-langkah pencegahan yang efektif," jelas Puan.