Bagikan:

LUBUKSAUNG - Petani keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat mengalami kerugian mencapai Rp1,26 miliar. Ini disebabkan matinya sekitar 60 ton ikan yang mereka pelihara.

Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam mengatakan, matinya ikan dampak dari angin kencang dan curah hujan tinggi melanda daerah itu semenjak beberapa hari lalu.

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira mengatakan kerugian Rp1,26 miliar itu berdasarkan harga ikan tingkat petani Rp21 ribu per kilogram.

"Harga ikan tingkat nelayan mencapai Rp21 ribu per kilogram dan ikan biasanya dipasarkan ke pasar tradisional di Sumbar, Riau dan lainnya," kata Rosva, seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 19 November.

Ia mengatakan 60 ton ikan itu milik 52 orang petani tersebar di Nagari Sungai Batang dan Tanjung Sani. Saat ini, bangkai ikan tersebut masih berada di dalam keramba jaring apung.

Dia pun mengimbau para petani untuk tidak membuang ke dalam danau. "Saya telah menyampaikan ke petani agar tidak membuang bangkai ikan ke danau, karena bisa mengakibatkan pencemaran di danau," tuturnya.

Ia mengakui, kerugian itu masih data sementara karena penyuluh pertanian lapangan sedang mendata kematian ikan ke daerah lain. Dia juga mengatakan, masih ada laporan dari petani adanya kematian ikan di Nagari Koto Malintang, Maninjau dan lainnya.

"Sebelumnya ikan di daerah itu kondisi kekurangan oksigen," katanya.

Ia mengimbau petani untuk mengevakuasi ikan yang masih hidup dan sehat ke kolam penampungan sementara di darat, dalam mengantisipasi kerugian cukup besar.