Berakhirnya Invasi AS ke Irak
Source gambar: Tentara AS di Sāmarrāʾ, Iraq, pada 2004 (Departemen Pertahanan AS)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah upacara diadakan di Baghdad, Irak, pada 15 Desember 2011 sebagai penanda berakhirnya invasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) sejak tahun 2003. Selama 8 tahun peperangan banyak korban jiwa berjatuhan - mayoritas warga sipil yang tak ada kaitannya dengan ego AS - dalam upaya memusnahkan teroris dan menghancurkan persenjataan mereka. 

Peristiwa 11 September 2001 -  dikenal dengan sebutan 9/11 - yang terjadi di New York dan Washington D.C - adalah awal mula dari segala obsesi AS untuk penumpasan terorisme. AS menyuarakan bahwa terorisme merusak suasana damai negaranya dan dunia, yang mana hal tersebut tak bisa dibiarkan berlarut-larut. 

Setelah lima hari peristiwa berdarah tersebut, Presiden AS pada saat itu, George W. Bush, mengumumkan pemerintahnya akan perang melawan teror. Perang yang Bush maksud bukan sekadar penjagaan ketat negara adidaya tersebut, namun melakukan invasi langsung ke negara yang Bush tuduh sarang dari para teroris. AS memulai invasinya ke Afghanistan pada Oktober 2001. 

Tak hanya di Afghanistan, pasukan tentara AS juga melakukan invasi untuk menyerang kelompok teroris yang berada di Irak. Bush menuduh presiden Irak kala itu, Saddam Hussein. bersekutu dengan teroris dan mengembangkan sebuah senjata yang dapat membunuh secara massal. Tak hanya Pemerintah AS, Pemerintah Inggris juga menuduh Saddam Hussein membangun senjata nuklir dan senjata kimia. Badan intelijen Inggris mengingatkan hal tersebut tidak nyata, namun Pemerintah AS dan Inggris tidak peduli akan temuan badan intelijen tersebut, mereka tetap melakukan invasi ke Irak. 

Dikutip dari History, Minggu, 15 Desember 2019, invasi koalisi AS-Inggris berhasil menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein dan menduduki sebagian besar daerah Irak pada April 2002. AS mengira, mereka menjadi pahlawan yang menyelamatkan warga sipil Irak dari terorisme. Padahal invasinya tersebut menimbulkan pemberontakan besar-besaran di Irak selama delapan tahun. Serangan gerilya, bom bunuh diri, dan alat peledak lainnya menjadi pemandangan sehari-hari. Belum lagi perang saudara antara Sunni dan Syiah yang membuat suasana makin tidak terkendali hingga kini. Optimisme Pemerintah Irak bahwa AS menjadi pahlawan bagi pembebasan Irak perlahan berbubah menjadi skeptis. 

Pada 1 Mei 2003, Bush menyampaikan pidato di kapal induk USS Abraham Lincoln. Ia menyatakan, misi AS telah usai. Di tahun yang sama, pasukan AS berhasil menangkap Saddam Hussein pada 13 Desember. Namun senjata pemusnah massal yang kerap menjadi alasan perburuan Saddam Hussein tidak pernah ditemukan. Pada 2006, Saddam Hussein tetap dihukum gantung.

Publik AS semakin skeptis terhadap perang dan semakin yakin invasi tersebut tidak akan pernah menyurutkan aksi teror.  Selain itu, banyak laporan kekejaman yang dilakukan militer dan CIA menguak di publik. Foto-foto yang bocor membuktikan AS telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia di penjara Abu Ghraib dan pada 2007 militer AS terbukti membunuh 17 warga sipil di Nisour, Baghdad. 

Akhir Invasi Irak

Perang yang awalnya bertujuan menumpas teroris semakin tidak jelas tujuannya. Lebih dari 205 ribu masyarakat sipil tewas. Dunia semakin mendesak AS untuk mundur dari Irak. Akhirnya pada 2009, Presiden AS yang kala itu baru menjabat, Barack Obama, mengumumkan rencana untuk menghapus brigade tempur dari Irak. Obama juga memerintahkan pasukan AS untuk melatih, memberi perbekalan, dan memberi nasihat kepada pasukan keamanan Irak hingga akhir 2011. 

Sayangnya setelah invasi AS berakhir, suasana Irak masih mencekam hingga kini. Tiga tahun berturut-turut setelah invasi tersebut usai, kekerasan berubah menjadi perang saudara sepenuhnya. Banyak milisi yang dibentuk selama Perang Irak bergabung atau bermitra dengan kelompok-kelompok ekstremis di Suriah. Pada 2014, ISIS bangkit dan menyerap banyak pasukan, menguasai sebagian besar Suriah dan Irak. Bangkitnya ISIS membuat Obama meluncurkan aksi militer baru mulai Juni 2014. Meskipun ISIS kini telah diusir dari Irak dan tampaknya sangat berkurang, pasukan AS masih bertugas aktif di Irak, 16 tahun setelah invasi awal dan delapan tahun setelah invasi tersebut diakhiri.